Petani Garam Terapkan Teknologi Ulir Filter, Panen Naik 400 Persen
"Jadi, keuntungan yang diperoleh dari produksi garam petani di sini per Hektare per musim di inkubator bisnis garam mencapai Rp 137 juta," ungkapnya.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Jateng, fajar Eko Nugroho
TRIBUNNEWS.COM, BREBES - Guna mengaplikasikan inkubator bisnis garam dengan metode technopark melalui sistem Teknologi Ulir Filter (TUF) dan pemasangan Geomembran (LDPE) di Desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes.
Bahari Technopark Tegal mengajak seluruh petambak garam di desa setempat untuk mengikuti sistem tersebut, agar memperoleh hasil yang lebih produktif dan mensejahterakan petambak garam.
"Kami sudah melakukan pelatihan pembuatan TUF dan LDPE kepada petambak garam di Desa Kaliwlingi sejak bulan Juli 2015 lalu. Alhamdullilah hasilnya sekarang sudah menampakan hasil yang memuaskan," ujar Kepala Puslat KP BPSDM KP Mulyoto.
Ia mencontohkan, produktivitas petambak garam setelah menggunakan sistem TUF dan LDPE pada lahan garam seluas 1 hektare, terdiri dari saluran pemasukan air dan tandon air yang ada di sisi lahan, petakan Ulir yang dihubungkan dengan filter, serta 14 meja kristalisasi garam.
Pada akhir bulan Agustus lalu, lanjutnya, lahan tersebut memulai produksi garam dengan produktivitas 1,5 Ton per 10 hari per meja kristalisasi ukuran 10 m X 12 m.
"Jadi, keuntungan yang diperoleh dari produksi garam petani di sini per Hektare per musim di inkubator bisnis garam mencapai Rp 137 juta," ungkapnya.
Bahkan, produktivitas inkubator bisnis garam di Desa Kaliwlingi per musim dengan luas lahan sekitar 703 Hektare dapat menghasilkan 252 ton garam.
Di sisi lain, lanjutnya, sangat berbeda dengan produktivitas garam tradisional yang hanya berkisar 60 ton per Ha per musim.
"Untuk itu, dengan sistem TUF dan Geomembran, produksi naik sebesar 400 persen. Otomatis dengan hasil yang produksi yang lebih baik ini membuat petambak disini ikut menerapkan teknologi ini sevara swadaya," paparnya. (*)