Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Dia Candi Abang di Yogyakarta, Menyerupai Bukit Teletubbies

Sebagian besar candi yang berada di Yogyakarta dibangun menggunakan batu jenis andesit.

Editor: Mohamad Yoenus

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Sebagian besar candi yang berada di Yogyakarta dibangun menggunakan batu jenis andesit.

Tetapi ada sebuah candi yang terletak di dusun Blambangan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, yang menggunakan bata merah.

Candi tersebut bernama Candi Abang.

Penamaan Candi Abang oleh masyarakat karena penggunaan bata berwarna merah (dalam bahasa Jawa Abang) sebagai bahan utama pembangunan candi tersebut.

Jika mengunjungi candi tersebut, anda tidak akan menemukan bangunan candi yang menjulang tinggi dan dipenuhu ukir-ukiran.

Saat ini Candi Abang terlihat lebih menyerupai sebuah bukit jika dibandingkan dengan bangunan candi.

Berita Rekomendasi

Bangunan candi saat ini hanya tinggal gunduakan tanah yang ditumbuhi rumput dengan cekungan di bagian puncaknya.

Pada cekungan tersebut masih bisa kita saksikan susunan batu candi yang terbuat dari batu bata.

Berdasarkan data dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, belum banyak data mengenai situs Candi Abang.

Catatan tertua mengenai Candi Abang terdapat pada laporan ROD (Report Oudheidkundige Dients) tahun 1915.

Disebutkan bahwa di Candi Abang pernah ditemukan sebuah lingga dan arca Budha.

Lingg adalah lambang Dewa Siwa, dewa tertinggi dalam agama Hindu.

Di situs Abang pernah ditemukan sebuah prasasti pendek pada tahun 1932.

Prasasti tersebut berisi tentang pertanggalan dengan angka tahun 794 saka atau 872 masehi.

Namun pertanggalan tersebut belum dapat dipakai sebagai pertanggalan tahun pendirian Candi Abang.

Data arkeologis lainnya yang juga pernah ditemukan di candi ini adalah batu andesit berbentuk padma peresegi delapan, dalam kondosi pecah terbagi dua.

Candi Abang diperkirakan terdiri dari satu banguan candi dengan halaman yang berukuran panjang 65 meter dan lebar 64 meter.

Saat ini gundukan candi yang tersisi memiliki tinggi enam meter dan diameter 40 meter.

Karena memiliki bentuk seperti bukit dengan rumput yang tumuh di atasnya, terlebih pada musim penghujan dimana rumout akan menghijau menjadikan, sebagian masyarakat menyebut area Candi Abang ini dengan sebutan bukit Teletubies.

Lokasi candi ini berada di area perbukitan, jadi jika anda berada di puncak Candi Abang, anda bisa menyaksikan hamparan persawahan di wilayah Berbah.

Meskipun struktur candinya sudah tidak lagi tampak, tetapi Candi Abang tetap ramai didatangi pengunjung.

Hamparan rumput hijau di gundukan tanah menjadi daya tarik, seperti yang diungkapkan salah seorang pengunjung, Devy (22).

"Di sini tempatnya bagus untuk foto-foto. Meskipun ini candi, tetapi bentuknya sama sekali tidak seperti candi, jadinya unik," ujar Devy.

Untuk menikmati keindahan Candi Abang, pengunjung tidak dipungut biaya, hanya membayar uang parkir.

Dari area parkiran, anda harus berjalan kurang lebih 100 meter untuk sampai ke lokasi candi.

Untuk mencapai lokasi ini tidaklah terlalu sulit.

Yang paling gampang melalui rute Prambanan kemudian ke selatan ke arah Piyungan.

Sekitar 7 kilometer, ketemu simpang empat Jletren, ambil arah barat (belok kanan).

Dari sini sekitar 1,5 kilometer Candi Abang akan ditemukan.

Bisa juga dari simpang empat Blok O terus ke arah timur.

Sampai tugu di pertigaan Berbah, terus saja ke arah timur, ada kuburan sumber di sisi kiri masih saja terus melewati jembatan Berbah yang di bawahnya ada situs Lava Bantal, ketemu perempatan belok kanan ikuti jalan yang bagus.

Di daerah ini akan ada petunjuk ke arah Candi Abang. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas