Muhammad Makki, Sering Mengamuk Terpaksa Dirantai
Makki tampak ketakutan dan mundur dari posisinya saat pintu kamar dibuka oleh anggota keluarga
Editor: Bian Harnansa
Laporan Wartawan, Banjarmasin Post, Reni Kurniawati
BANJARMASINPOST.CO.ID, AMUNTAI – Muhammad Makki tampak ketakutan dan mundur dari posisinya saat pintu kamar dibuka oleh anggota keluarga, menggaruk kepalanya namun tak lama setelahnya tertawa tanpa sebab. Tanpa menggunakan sehelai kainpun ditubuhnya, Makki kemudian duduk. Anggota keluarganya memberikan sarung untuk dipakai, sempai tak mau namun setelah dirayu akhirnya mau mengenakan sendiri. Makki pun mau memakan buah yang diberikan oleh tim Bpost sambil tertawa dan tampak tenang.
Begitulah keadaan Makki, lelaki berusi 40 tahun berperawakan kurus ini menghabiskan seluruh hari-harinya didalam kamar berukuran 1.5x3 meter yang dilengkali dengan toilet didalamnya. Sejak berumur 13 tahun Makki sudah dikurung dalam kamar, sikapnya semakin menjadi hingga 15 tahun lalu pihak keluarga memutuskan untuk merantai kaki kanannya.
Makki warga RT 01 Desa Jingah Bujur Kecamatan Haur Gading ini merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara, Humaidah salah satu kakaknya lah yang merawat hingga saat ini. Humaidah mengatakan pada awalnya Makki lahir dan berkembang seperti anak-anak lain. Namun setelah masuk sekolah, dan berkumpul dengan banyak teman dirinya sering diejek dan diganggu teman lain. Pada kelas dua sekolah dasar, Makki akhirnya tidak mau lagi ke sekolah. Sejak saat itu Makki lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah, pada usia 13 tahun Makki sakit demam dan panas tinggi.
Saat pagi hari tiba-tiba dirinya tidak ditemukan didalam kamar, pihak keluarga langsung mencari dan ditemukan dirumah tetangga sambil membuang pakaian yang dijemur. Saat ingin dibawa pulang, Makki justru mengamuk sesampainya dirumah langsung dikurung dalam kamar. Setelah saat itu Makki sering dikurung dan ketakutan sambil berteriak ada api atau ada orang yang ingin membunuhnya hingga akhirnya sampai sekarang tidak diizinkan untuk keluar rumah lagi.
Kondisi kejiwaan Makki semakin tidak stabil saat kedua orangtuanya meninggal sekitar 20 tahun lalu, setiap dikeluarkan dari kamar dirinya mengamuk dengan memecahkan barang-barang yang ada dihadapannya. Jika berkunjung kerumah tetangga juga sering membuang pakaian yang sedang dijemur dan sandal yang ada didean rumah. Anggota keluarga sangat sering mengganti barangbarang yang dibuang Makki kedalam Rawa. “Akhirnya kami putuskan untuk merantai kakinya, menggunakan rantai yang biasanya digunakan untuk merantai kapal, kami beli dipasar,” Humaidah.
Makki lebih suka makan kue daripada nasi, setiap pagi Humaidah membuatkannya kue seperti pisang goreng atau membelikan ke warung saat siang hari barulah Makki makan nasi dan hanya mau makanan dengan lauk yang digoreng. Makanan jenis sayuran justru sering dibuangnya, malam pun makan seperti biasa.