Berburu Kepompong Ulat Jati untuk Santapan di Meja Makan
Sekarang, kepompong (enthung) Ulat Jati itu diburu warga Tuban untuk menu santapan di meja makan.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Surya, Iksan Fauzi
TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Sepekan lalu, jutaan ulat pohon Jati turun ke jalanan dan pemukiman mencari tempat berdiam diri menuju fase kepompong.
Sekarang, kepompong (enthung) Ulat Jati itu diburu warga Tuban untuk menu santapan di meja makan.
Bagi keluarga Untung (44), warga Desa Betikharjo, Kecamatan Semanding, hadirnya Ulat Jati yang seringkali ditandai dengan awal musim hujan menjadi berkah.
Kehadiran ulat-ulat tersebut akan menjadi kepompong yang memberi nilai ekonomis atau menjadi sajian di meja makan.
Kata Untung, kepompong Ulat Jati yang berwarna cokelat bisa menambah pendapatan keluarga, harga jualnya mencapai Rp 50.000 per kilogram.
Namun, keberadaan kepompong itu sendiri tidak begitu lama, sebab, banyak warga lain juga mengincarnya.
“Kepompong ini kan adanya setahun sekali, ya pas jelang musim hujan. Bagi yang suka enthung ya dimakan, tapi kalau tidak suka, biasanya mereka memburu enthung lalu dijual,” kata Untung saat ditemui di rumahnya, Senin (4/1/2016).
Saat ini, banyak warga yang menjual kepompong tersebut, ada yang menjual di pasar umum, ada pula yang memajangnya di depan rumah mereka.
Sebagian besar, kepompong yang dijual di pasar dibungkus pelatik. Harganya tergantung besarnya bungkus plastik.
SURYA.co.id berkesempatan mengunjungi rumah Untung untuk melihat pembuatan tumis kepompong yang dilakukan Rumini (35), istri Untung. Rumini menjelaskan, sebelum memasak kepompong sebaiknya dicuci dulu.
Sebagian besar, warga Tuban menumis kepompong sebelum disajikan ke meja makan.
Menurut Rumini, cara menumis tidak sulit, setelah dicuci beberapa menit, kepompong digoreng.
Sekitar tiga menit kemudian diberi bawang merah, bawang putih, lombok, garam, dan penyedap rasa, lalu ditumis.
“Oseng-oseng (tumis) enthung pun siap disajikan,” kata Rumini.
Tetangga Untung bernama Mubarok mencoba rasa tumis kepompong buatan Rumini.
Katanya, rasa tumis kepomping gurih seperti rasa tumis belalang. Ia menyarankan, bagi yang alergi tidak memakannya.
“Kalau tidak tawar (punya alergi) bisa menyebakanbiduren (gatal di kulit),” ujarnya. (*)