Bedah Novel Bahasa Banjar Dandaman Kada Bapancung
Banyaknya kata-kata yang tidak dipahami tersebut, justru menjadi kekuatan dan sisi positif dari novel Dandaman Kada Bapancung.
Editor: Sapto Nugroho
Laporan Reporter Tribunnews Video, Ratino Taufik
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Menghadirkan dua orang pembicara, yakni Jamal T Suryanata dan Tajuddin Noor Ghani, kegiatan bedah novel Dandaman Kada Bapancung dihadiri budayawan, sastrawan, dosen, hingga mahasiswa, Sabtu (9/1/2016).
Dilaksanakan di aula Palimasan Gedung Djok Mentaya Banjarmasin Post, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, bedah novel bahasa Banjar karya Aliman Syahrani ini berlangsung menarik.
Mengingat novel Dandaman Kada Bapancung yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia rindu yang tak berkesudahan ini sudah mengalami dua kali cetak.
Hal tersebut menandakan novel yang dicetak pertama kali pada November 2015 ini mampu menyedot perhatian pembaca.
Novel Dandaman Kada Bapancung, sebuah novel berbahasa Banjar karya Aliman Syahrani, Sabtu (9/1/2016). (Banjarmasin Post/Ratino Taufik)
Jamal T Suryanata mengungkapkan, meskipun menggunakan bahasa Banjar, kemungkinan banyak pembaca dari masyarakat Banjar yang kesulitan untuk memahami isi dari novel ini.
Karena di dalam novel Dandaman Kada Bapancung banyak memuat kata-kata yang tidak umum digunakan dalam kehidupan masyarakat Banjar saat ini.
Sementara menurut Tajudin Noor Ghani, banyaknya kata-kata yang tidak dipahami tersebut, justru menjadi kekuatan dan sisi positif dari novel Dandaman Kada Bapancung.
Dirinya berharap kehadiran Dandaman Kada Bapancung bisa memicu para ahli bahasa untuk menulis kamus bahasa Banjar berdasarkan novel tersebut.(*)