Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dibangun Tahun 1930, Keaslian Bangunan Masjid Ini Masih Dipertahankan

Konstruksi yang masih bertahan dan dijaga yakni tiang dalam masjid yang berjumlah sebanyak 13 buah yang merupakan kayu ulin utuh.

Editor: Sapto Nugroho

Laporan Reporter Tribunnews Video, Muhammad Elhami

TRIBUNNEWS.COM, PARINGIN - Masjid Syuhada yang berada di Desa Hujan Mas, RT 2, Kecamatan Paringin Kota ini adalah masjid tertua kedua di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Adapun masjid tertua pertama berada di Kecamatan Juai, yakni Masjid Jannatul Ma'wa.

Keberadaan Masjid Syuhada ini sampai sekarang masih terjaga keasliannya terutama bangunannya, seluruh konstruksinya adalah kayu, namun karena beberapa kali rehab lantai dan sebagian tiang kini disemen.


Masjid Syuhada di Desa Hujan Mas, RT 2, Paringin Kota, Balangan, Kalimantan Selatan, Jumat (22/1/2016). (Banjarmasin Post/Muhammad Elhami)

Ketua pengurus Masjid Syuhada, Abdurrahman saat ditemui menjelaskan, keaslian bangunan Masjid Syuhada terus dijaga, karena masjid ini merupakan salah satu cagar budaya di Bumi Sanggam.

"Rehab hanya pernah dilakukan dua kali, yang pertama di tahun 1990, dan yang kedua di tahun 2013, tanpa merubah keaslian masjid terutama bangunan, paling yang bertambah toilet, pagar, dan lainnya," ujarnya.

Disebutkannya, konstruksi yang masih bertahan dan dijaga yakni tiang dalam masjid yang berjumlah sebanyak 13 buah yang merupakan kayu ulin utuh.

Berita Rekomendasi

"Semuanya asli kayu ulin, tak pernah diganti sampai saat ini, paling dicat kemudian disemen pondasinya saat rehab 2013 kemarin," ungkapnya.

Lebih lanjut diceritakannya, Masjid Syuhada ini dibangun pada tahun 1930 oleh seorang ulama dan juga seorang pahlawan ternama di Balangan, yakni Kyai Martasura.

Kyai Martasura merupakan ulama dan tokoh yang disegani di kampung tersebut.

Sebelum membangun masjid ia terlebih dulu mengadakan musyawarah dengan masyarakat setempat.

"Imbauan dan musyawarah tersebut disambut antusias oleh masyarakat, mereka gembira, maka saat itu masyarakat bergotong-royong untuk mencari dan menyiapkan bahan ke hutan mencari kayu," cerita Abdurrahman.

Lebih lanjut menurutnya, arti angka ukuran bangunan masjid kala itu bukan berarti tanpa makna, rupanya Kyai Martasura berdasarkan kesepakatan warga kala itu memaknai dalam pengertian.

Bahwa katanya, panjang bangunan 9 depa atau 12 meter maksudnya angka Arab tertinggi adalah 9, dan jumlah bilangan dalam setahun 12 bulan. Ini berarti diharapkan mencapai derajat tertinggi di antara manusia di hadapan Tuhan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas