Warga Kalijodo, "Rusun Gratis Tiga Bulan, Setelah Itu Bayar. Uang dari Mana?"
Ibu berkerudung, warga Kalijodo tersebut, mengatakan pindah ke rumah susun yang ditawarkan pemerintah, tak menyelesaikan masalahnya.
Penulis: Valdy Arief
Editor: Willem Jonata
Laporan wartawan Tribunnews.com, Valdy Arief.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat proses pembongkaran Kalijodo, sempat terjadi adu mulut antara Leonard Eko Wahyu Widiatmoko, juru bicara warga, dengan aparat Kepolisian dan Satpol PP.
Silang pendapat terjadi karena lima kepala keluarga yang belum pindah, semula diberi waktu hingga 15.00 WIB.
Namun, backhoe yang mulai meratakan bangunan dekat rumahnya dan beberapa Satpol PP mulai mengangkut barangnya. Leonard berang.
"Kita sudah komitmen kalau waktunya 15.00 (WIB)," kata Leonard di dekat rumahnya, Penjaringan, Jakarta, Senin (29/2/2016).
Tidak lama setelah suasana memanas, tiba-tiba seorang ibu menjerit histeris untuk meluapkan kekesalannya.
"Senang kalian kalau kami sudah seperti ini," sebutnya sambil menangis.
Melihat situasi memanas, Kapolsek Penjaringan, AKBP Ruddi Setiawan, datang mencoba menenangkan.
Dengan bahasa jawa, dia mencoba membuat ibu itu lebih tenang.
Setelah beberapa saat, ibu yang mengenakan jilbab bercorak bunga-bunga, menceritakan sebab sikap histerisnya.
Ibu tersebut mengaku kecewa dengan pemerintah yang sebelumnya berjanji memberinya waktu hingga 15.00 WIB, tapi sejak pagi backhoe sudah mengeruk bangunan sekitar rumahnya.
Hingga hari ini, dia mengaku masih bingung harus pindah kemana. Rusun yang ditawarkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dia sebut, tidak menyelesaikan masalahnya.
"Rusun cuma gratis tiga bulan, setelah itu kami harus bayar. Uang dari mana," kata ibu tersebut kepada Kapolsek Penjaringan.
Setelah berbicara beberapa, akhirnya wanita tersebut mau beranjak dari tempat tinggalnya dengan kondisi yang lebih tenang.