Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Seperti Kopi, Seduhan Bubuk Biji Salak Tak Kalah Nikmat

Menikmati "kopi" biji salak juga tidak menimbulkan efek samping seperti pusing kepala. Hal ini lantaran "kopi" biji salak tidak mengandung kafein.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan

TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Ide Laili Musyarofah cemerlang. Dia memanfaatkan biji salak dari kebun salaknya untuk dibuat bubuk minuman seperti halnya kopi.

Pemilik Warung Kebon Salak (WKS) beralamat di Jalan Srikandi, Kampung Grogol, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga itu, kini makin sibuk melayani penyuka bubuk biji salak.

Warung itu juga menjual "kopi" biji salak kemasan isi 30 gram seharga Rp 10 ribu. "Kopi" biji salak kemasan saat ini dapat dibeli masyarakat tidak hanya di warung ini, tetapi juga tersedia di UMKM Center Kota Semarang.

Menyeruput "kopi" biji salak terasa sehat menyegarkan saat berada di daerah pegunungan dengan suhu dingin.

Menikmati "kopi" biji salak juga tidak menimbulkan efek samping seperti pusing kepala. Hal ini lantaran "kopi" biji salak tidak mengandung kafein.

“Awalnya tidak suka ngopi karena dipastikan pusing-pusing setelah meminumnya. Tapi, saat diajak saudara saya ke sini dan mencoba ("kopi" biji salak), saya jadi ketagihan. Saya hampir tiap pekan ke warung ini sembari menikmati keasrian ratusan pohon salak di area warung,” kata Bayu, seorang pengunjung WKS kepada Tribun Jateng, Kamis (10/3/2016).

Berita Rekomendasi

Senada dengan Bayu, Wulansari juga ketagihan meminum "kopi" biji salak. Menurut dia rasanya lebih mantap dibandingkan kopi pada umumnya.

“Yang bikin tertarik, "kopi" biji salak yang disuguhkan ada rasa sepet-sepetnya. Ampasnya pun tidak banyak, bahkan lebih halus. Meskipun tidak diberi gula pasir, rasanya tidak pahit. Tetap enak dan mantap. Bertambah mantap jika diberi gula, tetapi sedikit saja gulanya,” ungkap Wulan–sapaan akrab Wulansari.

Hal lain, lanjutnya, dari segi harga yang dipatok di WKS Salatiga itu pun sangat terjangkau. Dia hanya cukup merogoh kocek Rp 5000 untuk satu gelas "kopi" biji salak tersebut.

Selain minum "kopi" biji salak, ketika pohon salak di area tersebut sedang berbuah cukup banyak, bisa pula memetiknya dan dibawa pulang. Artinya, tidak perlu jauh-jauh ke toko maupun pasar. Beli ketika musimnya, salak lebih segar. Harganya terjangkau, hanya Rp 12.000 per kilogram.

Ide awal munculnya "kopi" biji salak ini saat Laili mencoba membuat terobosan. Saat itu ia melihat hamparan kebun salak seluas sekitar 800 meter persegi atau sekitar 5.000 pohon salak. Pohon salak pondoh biasanya rutin berbuah tiga kali dalam setahun.

"Saya browsing di internet dan menemukan pemanfaatan lain dari salak tersebut. Setelah beberapa kali uji coba, mulai Januari 2015, saya mulai menjajakan "kopi" biji salak dan nasi goreng. Responnya pun luar biasa baik,” ungkapnya.

Proses pembuatannya mudah. Biji salak sebelumnya dijemur atau dioven. Setelah dirasa cukup kering, kemudian disangrai (goreng tanpa minyak). Setelah berwarna kehitaman, ditumbuk atau dihaluskan hingga jadi bubuk. Bubuk itulah yang disajikan kepada para konsumen.

Nah, penasaran dan ingin mencoba "kopi" biji salak tersebut? Apabila Anda kebetulan berada di Kota Salatiga, tidak ada salahnya untuk mampir ke Warung Kebon Salak (WKS) yang berada di Jalan Srikandi, Kampung Grogol Kecamatan Sidomukti itu. Warung tersebut buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00.(*) 

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas