Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Melihat Kepiawaian Penyandang Disabilitas Melukis dengan Mulut dan Kaki

"Mau dikasih ke Pak Jokowi, sebagai hadiah, Pak Jokowi sudah jadi kakek," kata Akom.‎

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Mohamad Yoenus

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pelukis Salim Harama terlihat serius menggoreskan cat di atas kanvas dengan menggunakan kakinya.

Tanpa canggung, pria kelahiran Boyolali, 27 Juli 1968 itu mulai menggambar bunga.

Salim merupakan pelukis disabilitas. Kedua tangannya lumpuh akibat kecelakaan pada saat ia berumur 11 tahun.

Ia pun menggunakan kakinya untuk beraktivitas.

Bersama tujuh seniman disabilitas lainnya yang juga anggota AMFPA (Association of Mouth dan Foot Painting Artist), mereka menggelar pameran untuk mendorong RUU Disabilitas. 

Salim mengakui dirinya tidak ada niatan untuk melukis. Kemampuannya melukis terutama pemandangan dan bunga hasil kerja kerasnya mengikuti latihan bertahun-tahun.

Terjun ke dunia lukis merupakan pilihan Salim pribadi. Ia ingin terdaftar pada organisasi AMFPA International sehingga k‎aryanya semakin dikenal. 

BERITA REKOMENDASI

Karya Salim juga nantinya akan dituangkan sebagai kartu ucapan atau pos. Tidak mudah memang untuk menjadi anggota AMPFA.

"Ya diseleksi dulu, dulu awalnya saya gambar pemandangan, lalu terpilih masuk seleksi, hasil lukisan untuk penghasilan kita," kata bapak dua anak itu.

Salim telah menggelar pameran di sejumlah kota di Indonesia. Sebut saja, Surabaya, Jakarta dan Bali.

Sambil melukis, ia bercerita setahun ditargetkan minimal menghasilkan lima lukisan.

"Satu lukisan biasanya rampung dalam waktu seminggu," kata Salim sedang mencampur warna.

Salim memamerkan lukisan bertema pemandangan dan bunga pada pameran kali ini.

Pengalaman lainnya diberitakan pelukis Sayang Bangun. Pria ramah senyum ini sudah mengunjungi 29 negara untuk kegiatan melukis. "Nama saya, marah tidak, sedih juga tidak, tetapi Sayang, nama saya Sayang," katanya sambil tersenyum.

Sayang melukis menggunakan mulut. Sejenak ia berhenti melukis pemandangan untuk diwawancarai wartawan.

Lukisan Sayang yang dipamerkan berjudul 'Budaya Menunjukkan Bangsa' yang bergambar seorang perempuan mengenakan pakaian adat. Adapula lukisan bergambar kuda serta harimau.

Pria kelahiran 10 Oktober 1952 itu menceritakan kota Roma, Paris dan Hongkong yang membuatnya paling berkesan. Sebab di tiga kota itu, ia menikmati sejara kuno.

Apalagi, Sayang merasa hasil karyanya dihargai diluar negeri. Pesanan lukisan Sayang paling banyak dibeli warga Jepang.

"Kalau dibandingkan di sini, berapa persen. Banyak ke Jepang," kata Sayang yang mengenakan batik coklat itu.

Sayang juga melihat pemerintah belum memberikan perhatian kepada seniman apalagi pelukis disabilitas.

Hal itu berbeda dengan negara luar yang sering memberikan perhatian berupa pameran-pameran reguler.‎

"Di luar negeri kita dihargai," katanya.

Lukisan Sayang paling rendah dihargai Rp 10 juta sampai mencapai 100 ribu dollar US.

Meskipun, kedua tangannya lumpuh sejak lahir tidak menyurutkan Sayang beraktivitas normal.

Bahkan, kata Sayang, dirinya mampu berkeliling kota Medan dengan menyerti mobil Toyota Fortuner.

"Saya bisa stir mobil, rem pun mampu, pakai Fortuner," imbuhnya. 

Sayang yang datang bersama istrinya ke Jakarta mengaku telah memiliki galeri lukisan yang diberi nama Bangun Gallery.

Ia juga mengajar lukisan bagi pemula. "Kalau penyandang disabilitas tidak perlu bayar," ujarnya sambil tersenyum.

Pameran bertema 'Membuka Cakrawala dan Aksesabilitas Seniman Disabilitas' itu dibuka Ketua DPR Ade Komarudin.

Pameran digelar di Gedung Nusantara DPR RI, Jakarta, 14-16 Maret 2016.

Akom sempat berkeliling ditemani Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Fahri Hamzah.

Saat berkeliling, Akom, sapaan akrab Ade Komarudin, tertarik dengan lukisan Jokowi yang sedang tersenyum.

Lukisan tersebut dihargai Rp 2,5 juta. "Mau dikasih ke Pak Jokowi, sebagai hadiah, Pak Jokowi sudah jadi kakek," kata Akom.‎

Sementara Wakil Ketua DPR Fadli Zon melihat karya-karya pelukis tersebut menunjukkan penyandang disabilitas tidak menghilangkan kreativitas.

"Dalam keterbatasan muncul kreativitas. Ada yang dengan mulut dan dengan kaki. Ini juga untuk membuka mata kita, jumlah penyandang disabilitas belasan juta," kata Politikus Gerindra itu. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas