Manajemen Museum Radyapustaka Solo Dianggap Masih Tradisional
Museum Radyapustaka membutuhkan manjemen yang lebih profesional untuk menjadi museum yang maju.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Bayu Ardi Isnanto
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Museum Radyapustaka membutuhkan manjemen yang lebih profesional untuk menjadi museum yang maju.
Pasalnya, saat ini pengelolaan Museum Radyapustaka masih tradisional.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Harry Widianto usai mengunjungi Museum Radyapustaka, Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu (20/4/2016).
"Manajerial harus ada kepala, petugas teknis, petugas administrasi, juga kurator, jadi koleksi ini harus bagus," kata Harry.
Selain itu, untuk menjadi profesional, museum harus memberi kenyamanan bagi pengunjung.
"Display harus enak dilihat, AC, lighting, caption, juga storyline, sehingga orang datang itu tidak hanya melihat itu apa, tapi bisa mendapat cerita," lanjutnya.
Untuk pelaksanaan revitalisasi manajerial, Kemendikbud akan menyelesaikannya dalam tahun 2016.
"Nanti langsung kita praktikkan di sini dengan menggandeng profesional, tentunya di bawah pertanggungjawaban kami," katanya.
Kunjungan Harry tersebut juga ditemani Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Solo dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk menemui Komite Museum Radyapustaka, antara lain KGPH Dipokusumo dan St Wiyono. (*)