Para Buruh dan Mahasiswa Unjukrasa Tolak Reklamasi
"Apa urgensinya harus melakukan reklamasi? Untuk pembangunan ekonomi? Di mana pembangunannya?" tuturnya.
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan buruh yang menamakan diri Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK) Indonesia dan puluhan mahasiswa yang menamakan diri Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-indonesia, menggelar unjukrasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (20/4/2016).
Para pengunjukrasa membentangkan spanduk berisi tuntutan mereka, "TOLAK REKLAMASI."
Mereka juga beraksi membawa ikan di dalam plastik sebagai simbol, berapa menderitanya para nelayan akibat reklamasi.
Mereka menuntut reklamasi Pantai Utara Jakarta dihentikan, karena menurut mereka dampak reklamasi, akan merusak lingkungan.
Selain itu, reklamasi tersebut menurut mereka, tidak jelas urgensinya.
Menurut perwakilan buruh dari Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK), bernama Tri Asmoko Aripan, reklamasi tidak jelas urgensinya.
Menurutnya, bila alasan reklamasi untuk pembangunan, alasan tersebut tidaklah tepat, karena Indonesia masih punya banyak pulau.
"Kami kritisi kepada negeri ini, terhadap gubernur, termasuk pemerintah Pusat adalah urgensi reklamasi," katanya.
"Apa urgensinya harus melakukan reklamasi? Untuk pembangunan ekonomi? Di mana pembangunannya?" tuturnya.
"Kita punya warisan dari nenek moyang, bahwa pembangunan harus dilaksanakan di seluruh Indonesia, kenapa hanya terfokus di Jakarta?" ucapnya.
"Kita bayangkan di Kalimantan dan seterusnya, ada reklamasi pasca tambang, tapi di mana itu? Gunung-gunung, bukit-bukit daratan, sekarang menjadi danau-danau, itu di Kalimantan. Kenapa sekarang di Jakarta pada dijadiin daratan?" tambahnya dengan nada kesal.
Sedangkan perwakilan mahasiswa, Agus menyatakan bahwa, reklamasi mengakibatkan rusaknya lingkungan, yang berakibat nelayan menjadi sulit mencari ikan.
"Hari ini ikan-ikan itu busuk, dan inilah bau kebusukan reklamasi yang ada. Bahwa yang katanya reklamasi untuk rakyat, nyatanya bukan untuk rakyat," katanya.
"Jadi simbolis bahwa, ikan-ikan yang kami jual ini adalah betapa sulitnya rakyat untuk nyari ikan. Dia harus mendayung dua-tiga kali lebih lelah dari biasanya." tambahnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.