Pengusaha Lampit di Hulu Sungai Utara Makin Terjepit
Masa Jaya pengrajin lampit di kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) tak terasa lagi, di tengah kota Amuntai.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Reni kurniawati
TRIBUNNEWS.COM, AMUNTAI - Masa Jaya pengrajin lampit di kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) tak terasa lagi, di tengah kota Amuntai sudah mulai sulit ditemukan penjual lampit.
Padahal pada masa tahun 80'an ratusan penjual lampit memadati kota bertakwa ini.
Desa Palampitan menjadi pusat pengrajin dan penjual lampit, kini sepanjang jalan desa telah terganti dengan berbagai macam ruko, minimarket dan warung makan.
Tertinggal pengrajin kecil di pelosok desa.
Salah satu pengusaha lampit yang masih eksis hingga sekarang adalah Sarif Hidayatullah warga desa Palampitan Hilir kecamatan Amuntai tengah.
Sejak tahun 1981 Sarif sudah menjadi pengrajin lampit milik ayahnya, selain dirinya usaha milik ayahnya juga memiliki 32 pekerja.
Pembuatan lampit masih dengan manual, rotan ditumbuk dan ayam oleh pengrajin.
Penjualannya hingga ke luar negeri yaitu Jepang, Cina dan Eropa.
"Dalam seminggu bisa menjual hingga 1.000 lampit, dibantu dengan pengrajin lepas, sekarang satu bulan mungkin hanya bisa menjual dua buah lampit," ungkapnya.
Namun mulai tahun 1990 usaha lampit mulai meredup seiring dengan mulai berkurangnya permintaan dari luar negeri.
Akhirnya satupersatu pengusaha lampit gulung tikar dan beralih usaha lain.
Sarif pun tak luput dari imbas tersebut, keluarganya mulai memberhentikan beberapa pekerja. Saat ayahnya meninggal kondisi usaha lampit kian terpuruk, dan akhirnya Sarif berpindah usaha menjadi penjual kerajinan yang salah satunya adalah lampit. Agar modal cepat kembali dirinya juga berjualan kerajinan lain seperti anyaman tas, Sapu, tikar yang mudah terjual.
"Kalau hanya mengandalkan lampit sangat sulit, cari barang lain yang mudah terjual," ungkapnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.