Masyarakat Adat di Bali Turun ke Jalan Tolak Reklamasi Teluk Benoa
Jalan Diponegoro Pesanggaran, Denpasar Bali lumpuh total. Kendaraan-kendaraan yang hendak melewati jalan itu pun mesti berbalik arah.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Aksi penolakan Reklamasi Teluk Benoa terus bergulir dari masyarakat desa adat atau pakraman di Bali.
Sejatinya hanya tiga desa adat yang mendeklarasikan penolakan, yakni Desa Pakraman Kepaon, Pedungan, dan Pemogan.
Namun, aksi ini kemudian menyulut solidaritas dari desa adat atau pakraman lain hingga berjumlah sekitar belasan ribu orang.
Warga Desa Blahbatuh, Legian, Ketewel, Sukawati Keramas, Lebih, Desa Pakraman Denpasar, dan desa pakraman lainnya turut melakukan deklarasi penolakan.
Tak pelak, Jalan Diponegoro Pesanggaran, Denpasar Bali lumpuh total. Kendaraan-kendaraan yang hendak melewati jalan itu pun mesti berbalik arah. Baik yang dari Benoa maupun dari arah Diponegoro ke Pelabuhan Benoa, Minggu (19/6/2016) sekira pukul 14.00 WITA.
Pihak Kepolisian pun nampak berjaga-jaga di sekitaran lokasi untuk melakukan pengamanan dan mengatur lalu lintas jalan.
Ribuan Warga dari beberapa Desa Pakraman di Denpasar turun jalan. Mereka melakukan aksi tolak reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektare lebih. Jalan Diponegoro tepatnya di Pesanggaran, Denpasar pun dipadati ribuan warga.
Deklarasi dilakukan tiga Desa Pakraman di Denpasar. Yakni, Desa Pakraman Pedungan, Kepaon dan Pemogan. Ribuan warga dari tiga desa ini memadati jalan dari ujung pertigaan Pesanggaran hingga arah TL (Traffic Light) ke Pelabuhan Benoa, Bali.
Pantauan Tribun Bali, warga mengenakan pakaian adat madya lengap dengan panji-panji penolakan diadakannya Mega Proyek PT TWBI.(*)