Kisah Tragis Para Pemain Pokemon Go
Di kantor-kantor, di taman, di transportasi umum, bahkan di kamar mandi, pengguna bertungkus lumus dengan ponsel pintarnya mencari makhluk vurtual/
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNNEWS.COM -- Permainan Pokemon Go tengah menjadi primadona di jagad raya.
Di kantor-kantor, di taman-taman, di transportasi umum, bahkan di kamar mandi, para pengguna bertungkus lumus dengan ponsel pintarnya mencari makhluk virtual yang seolah nyata.
Meski demikian, tak semua pengguna Pokemon Go mendapatkan akhir yang indah.
Di Australia, kepolisian setempat melaporkan bahwa sepasang kekasih nyaris menjadi korban perampokan gara-gara memainkan permainan yang dikeluarkan oleh Nintendo itu.
Dua laki-laki bertopeng menodong pasangan ini yang sedang mendatangi sebuah kota kecil Rabu kemarin.
Kedua penjahat itu memancing korbannya menggunakan aplikasi permainan berbasis GPS itu.
Cerita miris juga terjadi di New York, Amerika Serikat. Kepolisian setempat menyebut, seorang laki-laki mengalami kecelakaan tunggal gara-gara mobilnya menabrak pohon.
Kepada polisi, laki-laki itu mengaku konsentrasinya terganggu karena memainkan permainan itu.
“Berdasarkan investigasi di lapangan, dan informasi yang dikumpulkan, pengemudi mengaku terlalu terpaku pada permainan itu,” ujar Shawn Butler, petugas kepolisian Auburn, yang tidak mau menyebut identitas laki-laki tersebut dengan alasan masih dalam proses penyidikan.
Masih di Amerika Serikat, karena terlalu asyik bermain Pokemon Go, dua laki-laki dikabarkan jatuh dari tebing di San Diego.
Kini keduanya tengah dirawat di rumah sakit yang tak jauh dari lokasi tersebut.
Satu orang jatuh dari ketinggian 15 meter, sementara yang lain jatuh dari ketinggian 24 meter.
Terkait beberapa “akhir yang tidak indah”, beberapa negara kabarnya hendak melarangnya.
Di Mesir, permainan ini kabarnya dilarang beredar karena dianggap membahayakan keamanan nasional.
“Permainan ini menggunakan informasi pengguna telepon ke Google dan membuat kepribadian dan kehidupan pribadinya diketahui,” ujar Hani Al-Nazer, mantan presiden Pusat Riset Nasional.
Tak hanya itu, di Indonesia, Kementerianm Komunikasi dan Informatika juga dikabarkan akan mencekal game ikonik tersebut. (*)