Unjuk Rasa di Depan Istana Negara, Warga Tegaldowo Tolak Pembangunan Pabrik Semen
Mereka khawatir pembangunan pabrik semen merusak lingkungan.
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Tegaldowo, Rembang, Jawa Tengah, menggelar unjuk rasa di depan Istana Negara, Selasa (26/7/2016).
Dalam aksinya, mereka menolak pembangunan pabrik semen di wilayahnya karena khawatir akan merusak lingkungan.
Menurut mereka, Analisis Mengenai Dampak Lingungan (AMDAL) pembangunan pabrik semen tersebut banyak kesalahannya.
Perwakilan pengunjuk rasa Sukinah menyampaikan hal itu di sela-sela unjuk rasa.
Mengenakan topi petani, ia menjelaskan, kesalahan-kesalahan AMDAL tersebut terletak pada tempat dan beberapa fasilitas yang tidak sesuai dengan wilayah pembangunan.
"Ini nuntut suruh bedah AMDAL. Soalnya AMDAL-nya itu copy paste dari Semen Gresik di Pati dulu. Jadi kalau berani kita adu kejujuran saja, jangan kebohongan yang diperlihatkan itu," katanya.
"Jadi kami merasa dibohongi. Rakyat-rakyat yang ada di Tegaldow dibohongi sama orang semen. Yang dikatakan di-AMDAL itu semuanya enggak benar, seperti apa yang di lapangan gitu," tuturnya.
"AMDAL-nya itu kalau jalan produksi itu Sukolilo, kasihan itu, padahal di Rembang itu nggak ada Desa itu. Terus sumber mata air juga di situ dicantumkan hanya beberapa, jadi banyak kesalahan yang ada di situ. Mangkanya kami minta kepada pejabat pemerintah untuk membedah AMDAL yang sebnar-benarnya," tutupnya.
Dalam aksi tersebut para pengunjuk rasa mendirikan tenda dan membentangkan spanduk di atas jalanan bertuliskan "BONGKAR AMDAL ABAL-ABAL PT SEMEN INDONESIA DI REMBANG."
Aksi tersebut merupakan lanjutan dari aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu. Sebagaimana diberitakan, mereka menggelar aksi menyemen kaki di depan Istana Negara dengan tuntutan yang tak jauh berbeda.
Jumlah pengunjukrasa dalam aksi tersebut, hanyalah berjumlah sekitar belasan orang.
Sebagaimana diberitakan, PT Semen Indonesia sedang membangun pabrik semen di atas tanah tiga wilayah, satu di antaranya Tegaldowo.
Pembangunan pabrik tersebut mendapat banyak penolakan dari warga sekitar pembangunan pabrik, karena dikhawatirkan akan merusak lingkungan.(*)