Dhungkah, Tradisi di Pulau Bawean
Dhungkah digunakan sebagai musik pengiring lagu-lagu tradisional, bahkan bisa untuk dangdut dan salawatan.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Surya, M Taufik
TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Dhungkah atau Lesung, bukan sekedar peninggalan nenek moyang. Bagi warga Pulau Bawean, alat menumbuk padi tersebut masih difungsikan hingga sekarang.
Namun, fungsinya bukan lagi untuk kepentingan pertanian, melainkan alat kesenian. Dipadu alu sebagai alat pemukul, dhungkah dapat menghasilkan bunyi-bunyian rancak nan unik.
Dhungkah digunakan sebagai musik pengiring lagu-lagu tradisional, bahkan bisa untuk dangdut dan salawatan.
"Yang memainkan semua ibu-ibu, termasuk penyanyinya," ungkap Lailatul Mukarromah, panitia Lomba Dhungkah Kecamatan Tambak, Gresik, Jumat (19/8).
Dalam lomba yang digelar untuk memeringati HUT ke-71 Kemerdekaan RI tersebut, ada 18 peserta. Semua dari perwakilan desa-desa di Kecamatan Tambak.
Ya, seni tradisional ini memang masih banyak terdapat di Bawean. Hampir di semua desa, ada kelompok Seni Dhungkah.(*)