Deflasi Agustus Pemerintah Punya PR Besar
Deflasi yang terjadi pada bulan Agustus 2016 tercatat sebagai rekor pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah pada bulan yang sama sejak tah
Ditulis oleh : Fraksi Nasdem
TRIBUNNERS - Deflasi yang terjadi pada bulan Agustus 2016 tercatat sebagai rekor pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah pada bulan yang sama sejak tahun 2001.
Deflasi tersebut bisa berarti kabar baik namun juga buruk bagi perekonomian Indonesia.
Dihubungi melalui pesawat telepon, Selasa (6/9/2016), anggota Komisi XI DPR Donny Priambodo melihat deflasi yang dialami Indoensia Agustus kemarin mempunyai makna ganda.
Pertama, deflasi bisa terjadi karena melimpahnya barang kebutuhan pokok di pasaran.
Sesuai dengan teori pasar yang berlaku, harga barang di pasaran akan terkendali ketika suplai barang di pasaran melimpah.
"Yang kedua, ini pemerintah harus melihat, bisa saja deflasi ini terjadi karena turunnya konsumsi masyarakat sedang barang melimpah. Kalau sudah gini pemerintah punya PR besar supaya daya beli masyarakat kembali normal,” ungkapnya.
Dalam rilis yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik diketahui telah terjadi deflasi sebesar 0,02 persen di bulan Agustus kemarin.
Angka ini lebih rendah dari proyeksi Bank Indonesia yang memperkirakan deflasi 0,04 persen.
Tren deflasi masih terus akan terjadi di tengah anjloknya harga minyak dunia. Imbasnya, tarif angkutan kota dengan bobot IHK 0,71 persen, sehingga andil terhadap inflasi -0,11 persen, dan perubahan harga yang turun rata-rata 11,88 persen.
Kemudian, tarif angkutan udara IHK dengan bobot 1,05 persen, andil terhadap inflasi 0,06 persen, dan tarif turun rata-rata 5,48 persen.
Dalam kerangka perekonomian Indonesia, Donny menilai tren deflasi ini sangat baik.
Tidak seperti Jepang, deflasi menjadi momok yang mengerikan karena setiap tahun terjadi penurunan harga karena pemerintah gagal mengendalikan deflasi.
Para pengusaha mengalami kerugian yang luar biasa karena keuntungan terus tergerus karena deflasi.
"Yang intinya semuanya terkendali dan stabil. Deflasi berlebihan seperti Jepang juga tidak baik. Begitu pun inflasi terlalu tinggi juga tidak baik,” tuturnya.
Pertumbuhan Ekonomi yang merata
Di sisi lain, momentum pertumbuhan ekonomi harus dimanfaatkan pemerintah untuk membawa manfaat yang luar biasa bagi masyarakat.
Donny menuturkan, keberhasilan Indonesia dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi 5% harus terjaga di tengah pelambatan ekonomi yang terus terjadi.
Kondisi demikian akan terus membayangi Indonesia dalam waktu yang tidak bisa diprediksi, sebab mitra ekonomi terbesar Indonesia, yakni China masih merestrukturasi ekonominya.
Pelambatan ekonomi mempunyai dampak langsung terhadap deflasi yang tengah terjadi.
Permintaan barang dari luar negeri semakin berkurang hingga akhirnya pasar dalam negeri yang menjadi penopang. Sedang di waktu yang bersamaan, kondisi pasar domestik dalam keadaan yang tidak bergairah.
“Daya beli masyarakat menurun drastis, bisa jadi menyimpan uangnya atau memang masyarakat tidak ada uang sama sekali untuk membeli barang," kata politisi NasDem ini.
Donny ingin pemerintah meninjau lebih spesifik pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Jika pertumbuhan ekonomi 5 persen tersebut hanya dinikmati oleh sebagian kecil pengusaha besar, maka rakyat yang menjadi korban. Ia berpendapat seharusnya kue ekonomi harus tersebar secara merata.
"Saya menunnggu tim ekonominya menjelaskan pertumbuhan ekonomi ini secara substansi tepat sasaran kepada rakyat atau tidak, kalau tidak Fraksi NasDem akan sampaian dalam rapat-rapat dengan pemerintah,” katanya.