Cerita Duka Setelah Minum Air Suci Kiriman Dimas Kanjeng
Keluarga menyerahkan peristiwa tersebut kepada Tuhan. Tapi, tidak menutup kemungkinan untuk melapor ke polisi.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Najmiah Muin, Warga Tallo, Makassar, pernah menggenggak "air suci" kiriman Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Kondisi kesehatannya lantas mengalami penurunan. Hal itu diceritakan oleh anaknya, Muhamad Nur Najmul Muin.
"Setelah ibu minum itu, kesehatanya tambah parah hingga meninggal dunia," kata Najmul di Hotel Grand Clarion, Jalan Ap Pettarani, Minggu (2/10/2016) malam.
Najemiah meninggal di rumahnya Jalan Sunu, Kompleks Perdos Unhas, Kecamatan Tallo, Makassar, Minggu (8/5/2016).
Yang bersangkutan memang sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura selama beberapa minggu. Setelah itu, ia sempat jalani terapi di kota Bandung.
Namun, kondisinya belum membaik. Dimas Kanjeng kemudian mengirim beberapa botol air melalui jasa pengiriman.
Najmiah lantas meminumnya. Bukannya sembuh, kondisinya malah tambah parah.
Keluarga menyerahkan peristiwa tersebut kepada Tuhan. Tapi, tidak menutup kemungkinan untuk melapor ke polisi.
Tertipu 300 Miliar
Najmul merupakan anak Najmiah, pengikut Dimas Kanjeng asal Makassar.
Dia melaporkan dugaan penipuan Dimas Kanjeng terhadap almarhumah ibunya. Dia memperkirakan ibunya merugi sekitar Rp 300 miliar akibat penipuan tersebut.
Najmul datang ke Mapolda Jatim didampingi beberapa kerabatnya. Anggota DPR asal Makassar, Akbar Faisal, juga ikut mendampingi Najmul.
Najmul tidak tahu sejak kapan dan bagaimana ibunya mengenal Dimas Kanjeng.
Dia hanya mengetahui ibunya telah menyetor uang kepada Dimas Kanjeng. Selain dalam bentuk tunai, ibunya juga pernah mentransfer uang kepada pemilik Pedepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Ia mengaku pernah diperintahkan ibunya menyerahkan lima koper kepada Dimas Kanjeng di Probolinggo. Dia tidak tahu isi lima koper itu dan mengira hanya berisi pakaian.
Najmul bersama kerabatnya hanya memenuhi permintaan ibunya. "Saya tahunya saat di bandara. Ternyata isinya uang pecahan Rp 100 ribu," kata Najmur.
Dia memperkirakan satu koper tersebut berisi uang Rp 2 miliar. Jadi dalam perjalanan dari Makassar ke Probolinggo, Najmul membawa uang tunai sebesar Rp 10 miliar.
Setelah melalui pemeriksaan di bandara, Najmur berangkat ke Probolinggo. Koper itu langsung diberikan kepada orang kepercayaan Taat Pribadi yang disebut khalifah. (*)