Sandi Pranata, Pebisnis Muda Yang Hobi Ternak Ayam Pedaging
Entrepreneur bernama Sandi Pranata, pemuda asal Indramayu ini memilih untuk terjun ke bisnis budidaya ras ayam pedaging.
Editor: Content Writer
Laju pertumbuhan bisnis di setiap sektor terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Tak sedikit pengusaha-pengusaha muda yang turut merambah ke dunia bisnis. Khususnya generasi milenial, sederet sektor bisnis yang menjanjikan kerap dijajal seperti bisnis kuliner, start-up hingga coffee shop.
Namun, ada yang menarik pada entrepreneur bernama Sandi Pranata, pemuda asal Indramayu ini memilih untuk terjun ke bisnis budidaya ras ayam pedaging.
Mulanya, pengusaha tampan ini merintis kariernya di Jakarta melalui bisnis pengadaan barang. Melihat tren bisnis yang tak ada matinya, akhirnya ia turut melebarkan sayap dengan membuka cabang bisnis lainnya berupa food and beverages dan bisnis di bidang entertainment yang masih digelutinya hingga kini.
Seiring waktu berjalan, Sandi bertemu dengan beberapa rekan yang mengajarinya tentang budidaya perunggasan. Semula ia ragu, namun setelah melihat peluang bisnis yang sangat terbuka lebar, ia langsung yakin untuk ‘membanting stir’ ke bisnis perunggasan.
Hal ini kerap kali membuatnya dipandang sebelah mata oleh beberapa temannya. Pasalnya, bisnis perunggasan jarang dilirik anak muda ditambah lagi stereotip peternak yang biasanya identik dengan sosok paruh baya, bukan anak muda.
Dilansir dari poultryindonesia.com, “Sekitar 3 tahun lalu orangtua saya sering bilang bahwa bisnis ayam itu bagus. Awalnya saya juga berpikir kalau anak muda melihat bisnis ayam sepertinya dianggap sebelah mata. Sampai teman-teman saya juga ada yang bilang, kok budidaya ayam sih?,” ungkap Sandi.
Sebagai pemula, Sandi tak ragu untuk belajar dengan beberapa rekannya dengan latar belakang yang sama. Berdasarkan pengalaman yang ia dapat, bisnis perunggasan ini memang menjanjikan jika dilihat dari potensi ekonomi dan investasi yang dikucurkan.
Meski begitu, berkecimpung di bisnis budidaya ayam ini memang tak ‘semulus’ yang Sandi bayangkan. Walau menawarkan keuntungan yang menggiurkan, namun tetap saja usaha ini rawan risiko. Jika salah-salah, bisa saja usaha yang ia geluti itu gulung tikar.
Terlebih lagi untuk permodalan, Sandi harus merogoh kocek yang cukup dalam, mulai dari inverstasi lahan, peralatan, bangunan kandang, hingga pakan yang berkualitas.
Belum lagi pengurusan perizinan lahan yang cukup menguras tenaga. Itu karena membangun areal peternakan harus sesuai dengan regulasi pemerintah setempat terlebih lagi jika dekat dengan tempat tinggal masyarakat. Namun, tekad dan kegigihannya ternyata mampu mengalahkan itu semua.
“Menurut saya bisnis ini gampang-gampang susah, segalanya harus dipikirkan. Kalau saya tidak melihat prospeknya, saya juga tidak akan maju karena modalnya itu cukup besar,” jelas pria kelahiran 1986 ini.
Setelah melalui perjalanan panjang dalam merintis bisnis, Sandi berharap agar generasi muda dapat berdaya saing dalam berbisnis serta menghilangkan gengsi semata.
“Generasi milenial sekarang itu maunya kerja kantoran, kalau bisnis ayam merasa malu. Bagi saya sih tidak, dimanapun ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, ya jalani saja.” pungkasnya.
Berdiri di sekitar areal persawahan, hingga kini Sandi memiliki 2 kandang closed house modern dengan total populasi 46.000 ekor ayam per kandang. Bahkan ia berencana untuk menambah populasi ayamnya karena ia menganggap bisnis budidaya ayam ras pedaging merupakan bisnis yang paling stabil. (*)
Penulis: Suci Rezeki Aulia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.