Universitas Budi Luhur Jadi Tuan Rumah Studi Banding PU Tasikmalaya
Kemitraan berkelanjutan antara Universitas Budi Luhur dengan Kelompok Swadaya masyarakat dan Relawan masyarakat
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Kemitraan berkelanjutan antara Universitas Budi Luhur dengan Kelompok Swadaya masyarakat dan Relawan masyarakat, menghasilkan banyak kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan, terutama dalam penanganan pemukiman kumuh dan daur ulang sampah.
Sesuai RPJM Dirjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, fokus untuk mewujudkan pemukiman yang layak huni, sehingga mulai tahun 2016 sampai dengan 2019 pemerintah meluncurkan program ” Kotaku” Kota Tanpa Kumuh.
Targetnya adalah hingga tercapai 0 ha kumuh tanpa menggusur. Program ini akan di laksanakan secara nasional di 269 kota/ kabupaten di 34 propinsi.
Kegiatan yang telah di laksanakan oleh Universitas Budi Luhur bidang Abdimas sejak tahun 2013, telah berhasil pengentasan pemukiman kumuh melalui program-program plesterisasi, jambanisasi, penyediaan air bersih, dan bedah rumah. Kegiatan tersebut tersebar di Jawa Tengah dan DKI Jakarta.
Semua kegiatan dilaksanakan dengan konsep cerdas berbudi luhur, yaitu melaksanakan kemitraan dengan kelompok swadaya masyarakat dan relawan masyarakat di lokasi binaan, serta melibatkan dosen-dosen dalam pemberdayaan masyarakat mengatasi pemukiman kumuh dan sampah.
Wakil Direktur Bidang Abdimas Univ. Budi Luhur, Putri Suryandari, ST, M.Ars, mengatakan mengatasi permukiman kumuh tidak perlu muluk-muluk. Lingkungan kumuh akan langsung terlihat dari kebersihan dan kesehatan rumahnya.
Rumah tanpa ubin, pasti terlihat kumuh. Rumah tanpa jamban, pasti akan membuat lingkungan tidak sehat. Selain itu sampah yang berserakan, akan semakin memperburuk lingkungan.
Sehingga perlu mengedukasi masyarakat dengan memberi contoh dan memberi umpan, agar mereka dapat mempraktekan apa yang sudah kita ajarkan. Memberi contoh sanitasi yang sehat, tentu dengan membuatkan MCK yang sehat. Memberi umpan terhadap kebersihan lingkungan harus dengan memberi pelatihan pengolahan sampah yang baik.
"Menggerakan masyarakat juga tidak mudah. Harus ada campur tangan dari masyarakat serta relawan yang perduli, serta di dukung kegiatan yang berkelanjutan. Untuk itulah dibutuhkan kemitraan. Sehingga hasilnya bisa sesuai dengan yang kita harapkan," ungkapnya.
Keberhasilan Universitas Budi Luhur yang awalnya di pelopori oleh program studi Arsitektur dalam bermitra dengan masyarakat khususnya KSM secara berkelanjutan, menjadi sumber inspirasi dari instansi-instansi yang bergerak di bidang pemberdayaan seperti Dinas Pekerjaan Umum khususnya Ditjen Cipta Karya.
Tahun lalu DPU Brebes melakukan studi banding ke Univ Budi Luhur dan KSM Nyiur untuk mempelajari program kemitraan, pengolahan sampah dan pemberdaayaan yang berkelanjutan.
Tahun ini, tanggal 12 Mei 2016, Dinas PU Tasikmalaya melakukan studi banding juga untuk kegiatan kemitraan dan menghilangkan permukiman kumuh tanpa menggusur. Kunjungan setengah hari ini bertujuan, pertama menjalin silaturahmi antara PU Tasikmalaya dengan Universitas Budi luhur, kedua melakukan diskusi permasalahan permukiman kumuh dan penanganan yang telah dilakukan, serta terakhur menimba ilmu mengenai cara daur ulang sampah dan melihat produknya di KSM Nyiur Budi Luhur.
Acara di buka oleh Deputi Rektor I Univ Budi Luhur Dr. Ir. Wendi Usino, Msc dan Ibu Iis DPU Tasikmalaya.
Sebagai narasumber dalam acara tersebut, Putri Suryandari, ST,M.Ars, Wakil Direktur Riset dan Pengabdian kepada masyarakat bidang Abdimas, Hj. Tutik Asmawi, KSM Nyiur Petani Sampah dan Ahmad Musodiq Tim Peduli Kamal (TPK)
Hj. Umi Tutik Asmawi dalam workshop daur ulang sampah memberikan motivasi kepada audience bahwa Indahnya kebersamaan, jika kita dapat menyatukan hat , semangat, dan tujuan ..Inn shaa alloh tidak ada yg tidak bisa kita lakukan.
"Solusi selalu ada jika kita mau berusaha bersama. persatuan akan selalu terpelihara dalam berkaryapun jalan selalu terbuka. Jika kita selalu saling asah, asih & asuh, kita dapat mengedukasi masyarakat, hanya dengan karya nyata rakyat mudah mengerti & bersama dapat berperan serta menindaklanjuti bersahabat dengan lingkungan dan sampah," ujarnya.
Sebanyak 36 orang peserta studi banding pelaku KOTAKU Tasikmalaya, terdiri dari LKM, kepala Kecamatan dan Kelurahan, Bapeda Tasikmalaya, Satker Cita Karya, Korkot, Senior Faskel dan Faskel, secara tekun mendengarkan pemaparan dari narasumber, setelah sehari sebelumnya mereka melaksanakan studi banding pengolahan sampah di Pulau Tidung, kepulauan seribu.
Hadir pula dalam kesempatan tersebut perwakilan 5 wilayah program Kotaku DKI Jakarta, KMP Kotaku, KMW Kotaku, Tim Korkot Pnpm Jaksel, Tim Korkot Kotaku Jakarta Barat, Tim Korkot Jak Tim, dan Tim Korkot Pustara, untuk bersama-sama belajar bagaimana membina kebersaamaan antara KSM, TPK, Pemkot dan Universitas dalam membangun wilayah sehingga menjadi 0% kumuh.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.