Kisah Adang Muhidin, Lulusan Master Jerman yang Banting Setir Bangun Usaha Bambu Virage Awie
Bilah bambu mungkin dipandang sebelah mata bagi banyak orang. Namun tidak untuk Adang Muhidin.
Penulis: Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor: Muhammad Barir
"Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya dengan memberikan modal usaha, tetapi juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya, sehingga UMKM dapat tumbuh dan berkembang," kata Supari.
"Semoga kisah Klaster Bambu Virage Awie dapat menjadi cerita inspiratif yang bisa ditiru oleh pelaku UMKM di daerah lain," imbuhnya.
Tak Berhenti Alat Musik
Setelah semakin melebarkan sayapnya, Adang pun berinisiatif membangun kelompok yang lebih besar lagi.
Masyarakat sekitar tempat usahanya pun menyambut baik niat Adang Muhidin.
Viragie Awie pun kini tidak hanya memproduksi alat musik. Tangan-tangan kreatif para anggota kelompoknya sudah mampu membuat produk lain seperti alat makan, jam tangan, sampai kuliner.
Sampai saat ini, Virage Awie sudah memiliki tiga kelompok yaitu, Kelompok wanita Kreatif Tanginas, yg memproduksi Pangsit, Brownies, Cendol. Kelompok Wanita Kreatif Motekar, produksi Kerupuk Daun Bambu, serta kelompok Usaha Kerajinan Difabel.
"Tapi perjalanan waktu, ternyata alat musik hanya dikenal di luar negeri akhirnya membuat kami membuat berbagai macam produk lagi mulai jam tangan, tumbler, ke alat-alat makan, kemudian eksplor lagi ke kuliner," ungkap Adang.