TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Momen indah memang selayaknya diabadikan dalam sebuah bentuk visual. Termasuk dalam ajang olahraga disabilitas terbesar se-Asia.
Di Asian Para Games 2018 banyak sekali momen yang membanggakan dan indah untuk dikenang.
Seperti yang dilakukan oleh Christianto Harsadi, seorang fotografer yang bergabung dengan tim field worker Divisi Media dan PR INAPGOC.
Dia mengabadikan berbagai momen di gelaran Asian Para Games. Semangatnya sangat menggebu saat ditemui di sela pekerjaannya untuk memotret.
Motivasi Christianto membantu Asian Para Games 2018 sebagai fotografer muncul pada bulan Februari.
"Saya menyadari makna disabilitas itu adalah seseorang yang melihat hambatan penyandang disabilitas dalam keterbatasan, bukan penyandang disabilitas yang menghambat mereka,” ungkap pria yang biasa disapa Anto ini.
Baca: Amien Rais Ngaku Dimuliakan Penyindik saat Diperiksa, Pakar Mikro Ekspresi Beberkan Fakta Sebenarnya
Wakil Direktur Media dan PR INAPGOC Tina Talisa menyebutkan, keterlibatan Anto dan rekan-rekannya adalah bagian dari upaya pelibatan komunitas disabilitas di berbagai peran.
"Kami memang melibatkan teman-teman disabilitas dengan berbagai latar belakang. Seperti Mas Anto memiliki keterampilan di bidang fotografi. Ada juga disabilitas netra yang membantu transkrip dari audio menjadi teks di divisi kami," ujar Tina.
Anto melihat visi Asian Para Games, untuk memperoleh kesetaraan tidak harus dengan orang nondisabilitas saja, tetapi sesama disabilitas.
“Maksudnya fotografer difabel memotret atlet difabel itu baru setara karena sama-sama berjuang menembus batas. Saya melaksanakan misi yang sama seperti visi ialah saya menjadi fotografer profesional dan mengajar fotografi teman-teman disabilitas Indonesia dalam rangka bersaing dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN,” ujarnya.
Anto merupakan seorang penyandang tuli. Meski begitu karyanya telah melanglang buana dan dilihat banyak mata.
Bakat Anto dalam bidang fotografi dimulai karena ketertarikannya pada dunia visual. Anto banyak belajar soal fotografi lewat buku maupun kelas khusus.
Dirinya kini telah mampu mendirikan kelas khusus untuk belajar fotografi. Kelas ini sudah berdiri dan membagikan ilmu sejak 5 tahun lalu. Kelas tersebut dinamai Cinnamon Equal Photography.
Anto diberikan kesempatan untuk mengabadikan momen di berbagai cabang olahraga Asian Para Games.
Ia berpindah dari satu venue ke venue lain sejak pagi hingga petang. Sejauh ini menurutnya ada dua cabang olahraga yang paling berkesan untuk dipotret.
“Pertama itu renang. Kemudian voli duduk pun sangat bagus,” jelasnya.
Anto berharap teman-teman penyandang disabilitas lain mampu memberikan semangat juga.
“Teman-teman disabilitas lain harus bisa lebih percaya diri. Percayalah bahwa diri kalian itu keren dan kita semua bersaudara,” tutup Anto.