News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Merapi Meletus

Perikanan Merugi Rp 41,2 Miliar Akibat Letusan Merapi

Penulis: Iswidodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pembibitan lele di wilayah Magelang yang terkena imbas letusan Gunung Merapi.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Akibat letusan Merapi, sektor perikanan budidaya di wilayah Jateng dan DIY merugi hingga Rp 41,2 miliar. Selain itu, sedikitnya ada 1.821 peternak ikanĀ  yang terkena imbas dengan luasan budidaya ikan mencapai 70 hektare.

"Kita telah hitung total kerugian akibat erupsi Merapi mencapai Rp 41,2 miliar," kata Direktur Perbenihan Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Ketut Sugama di Jakarta, sebagaimana dikutip depkominfo (11/11).

Jenis ikan yang banyak mati akibat erupsi Merapi diantaranya gurame, lele dan nila, sementara wilayah kawasan budidaya yang paling parah adalah wilayah Sleman yaitu Pakem dan Cangkringan. Sedangkan wilayah Jateng paling parah berada di Magelang.

"Penyebab kematian ikan yang paling cepat adanya debu, karena cepat menutup insang. Selain itu adanya belerang dan silikasi" tambah Sugama.

Dikatakan Ketut, di wilayah Sleman lokasi budidaya ikan yang terkana imbas mencapai 27 hektare, posisi tanggal 5 November 2010 jumlah kerugian sudah mencapai Rp28,5 miliar.

Sementara di wilayah Jawa Tengah khususnya Boyolali, tak terlalu terkena imbas, namun Magelang dan Muntilan khususnya Balai Benih Ikan (BBI) rusak dengan kerugian sampai Rp 800 juta. "Untuk saluran (infrastruktur budidaya) kita membutuhkan Rp 50 miliar" katanya.

Rencananya, pada minggu depan kementerian kelautan dan perikanan akan mengirim bibit dalam ukuran besar untuk jenis ikan lele dan nila masing-masing 100.000 bibit. Diharapkan dalam satu bulan ikan-ikan tersebut sudah bisa dipanen oleh pembudidaya ikan korban Merapi.

"Perikanan menjadi leading sector dalam penanganan pasca bencana Merapi," jelasnya. Padahal target produksi tahun 2010 seharusnya 4,5 juta ton namun sekarang baru tercapai 3,2 ton. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini