TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, kenaikan harga kedelai bukan keinginan pemerintah.
Dikatakan SBY, kenaikan harga kedelai adalah akibat dari terpukulnya produksi di negara produsen utama kedelai yakni di Amerika yang kini tengah mengalami kekeringan.
Buntutnya, karena kekeringan tersebut, produksi kedelai menjadi merosot dan harga terkerek tinggi. Alhasil, kenaikan harga pun tidak bisa dihindari sampai juga ke Indonesia.
“Naiknya harga kedelai sekarang ini bukan maunya pemerintah Indonesia. Karena,terus terang, sumber produksi kedelai di luar negeri menghadapi masalah. Utamanya di Amerika yang mengalami kekeringan terburuk dalam waktu 50 tahun terakhir. Akhirnya memukul produksi,” jelas SBY, dalam konferensi pers, di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (27/7/2012).
Lalu apa yang bisa dilakukan pemerintah? Dikemukakan SBY, pemerintah hanya bisa berusaha untuk menstabilkan harga pada tingkat yang wajar dengan aneka instrument yang dimiliki.
Pembebasan bea masuk impor kedelai, menjadi salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk mengupayakan harga berada pada tingkat yang wajar. Pun demikian dengan memfasilitasi asosiasi dan koperasi perajin temped an tahu dalam melakukan impor.
“Kalau bisa efektif upaya kita ini, kenaikan itu pada batas yang masuk akal. Karena tidak mungkin kita mencegah kenaikan sama sekali. Terus terang , saya harus jujur. Tapi paling tidak bisa kita stabilkan pada tingkat harga yang masih wajar,” jelasnya. (*)
BACA JUGA: