TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana beberapa bank syariah untuk menggelar penawaran saham umum perdana alias initial public offering (IPO) mendapat tanggapan dingin dari Bank Indonesia.
Direktur Direktorat Pengembangan Perbankan Syariah Edy Setiadi menilai, saat ini bukan waktu yang tepat bagi bank syariah untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Lebih baik mereka IPO saat masyarakat sudah mengenal bank dan kinerjanya saja," katanya saat ditemui di Jakarta, Jumat (7/9). Apalagi, lanjutnya, saat ini bank syariah memiliki sejumlah kendala. Salah satunya adalah masalah terkait dana haji.
BI khawatir, jika hal tersebut tidak dapat diselesaikan, akan berdampak negatif terhadap pergerakan saham perbankan syariah di pasar modal. Karena sentimen negatif sangat berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang sudah go public.
Seperti yang diketahui, saat ini, sudah ada dua bank syariah yang menyatakan minatnya untuk menggelar IPO. Mereka adalah Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Keduanya tertarik untuk melepas saham ke pasar modal karena membutuhkan modal besar ke depannya setelah mengalami pertumbuhan kinerja yang signifikan beberapa tahun belakangan.
Menanggapi hal tersebut, Edy berpendapat, seharusnya induk usahan bank syariah yang notabene bank konvensional, mencari pendanaan di pasar modal terlebih dahulu. "CAR mereka (induk usaha) kan lebih kuat dibandingkan yang syariah. Bank syariah menikmati saja dululah," tambahnya.
Alternatif lain, bank syariah dapat melakukan penjualan sukuk seperti yang sudah dilakukan oleh Bank Muamalat.
Sebagai catatan, Bank Muamalat berencana menggelar IPO di semester 1 2013 mendatang. Sedangkan BSM melalui induk usahanya yaitu Bank Mandiri berencana melangsungkan penawaran umum saham perdana pada 2014 mendatang. (*)
BACA JUGA: