TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian Indonesia masih akan tumbuh hingga 6,4% tahun ini dan akan tumbuh hingga 6,6% tahun 2014. Angka pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dari target pemerintah yang sebesar 6,8% tahun depan.
Menurut ADB, pertumbuhan tersebut didorong oleh sejumlah faktor, seperti tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat dan jumlah modal yang masuk dari luar negeri.
Deputy Country Director and Senior Country Economist ADB,Edison Ginting mengatakan kondisi tersebut akan membuat pasar optimistis dalam melihat Indonesia.
Itulah yang membuat dana segar arus modal masuk ke dalam negeri. Selain itu, kebijakan pemerintah yang cenderung populis menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat. Ini bisa terlihat dari rencana pemerintah untuk lebih fokus kepada program-program yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan dan penurunan jumlah pengangguran.
Yang tidak kalah pentingnya dari kebijakan populis tersebut adalah bisa meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat akan barang dan jasa yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan.
"Pengeluaran pemerintah untuk biaya Pemilu juga akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat di semester dua 2014," ujar Edison, Selasa (9/4/2013).
Untuk masalah subsidi bahan bakar minyak (BBM), ADB mendesak pemerintah untuk segera memutuskan kebijakan apa yang diambil terkait BBM. Menurut ADB, kenaikan harga BBM sudah tidak bisa dihindari lagi.
Meski begitu, kebijakan kenaikan harga bensin tersebut harus dibarengi dengan kebijakan lainnya supaya tidak berdampak terhadap sosial ekonomi masyarakat.
Tahun ini, ADB memperkirakan tingkat inflasi akan berada di angka 5,2%. Edison memperkirakan, bila terjadi kebijakan kenaikan harga BBM, kenaikan inflasi akan terjadi antara 0,5% hingga 1% dari perkiraan semula. Sementara itu, untuk tahun 2014, ADB memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 4,7%.