TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - secara umum masyarakat Indonesia cenderung enggan berwisata ke luar negeri. Rendahnya minat masyarakat dalam melakukan perjalanan wisata ke luar negeri dipicu oleh sejumlah faktor.
MasterCard Worldwide Index of Consumer Purchasing Priorities – Travel menemukan alasan terbesar (53 persen) menjadi wisatawan di luar negeri atau ogah keluar negeri adalah minimnya pendapatan yang ditabung menjadi faktor penghambat.
Ini sangat wajar karena biasanya orang yang berwisata keluar negeri memang membutuhkan biaya yang tidak kecil. Hasil survei yang sama menemukan, wisatawan Indonesia yang berlibur ke luar negeri rata-rata harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 13.500.000 per orang.
Naiknya kebutuhan rumah tangga menyumbang 38 persen dan memang kurang adanya minat untuk melakukan perjalanan ke luar negeri (22 persen). Hanya 13 persen yang mengaku sibuk kerja dan kesulitan keluarga muda dalam mengurus anak selama berwisata ke luar negeri yang memberikan kontribusi 13 persen dan 10 persen.
Saat diberi pertanyaan untuk memilih kota mana saja di luar Indonesia yang ingin mereka kunjungi seandainya dapat berlibur secara cuma-cuma: 26 persen responden memilih Mekah sebagai tujuan utama, diikuti oleh Paris yang dipilih oleh 23 persen responden, dan Tokyo di posisi ketiga dengan persentase sebesar 13 persen.
Sebanyak 74 persen responden dalam survei ini, agen travel masih menjadi sumber informasi terbaik dalam merencanakan perjalanan. Dua pertiga dari wisatawan Indonesia yang bepergian dengan pesawat terbang mengaku pernah berbelanja di bandara, dan makanan seperti cokelat menjadi barang yang paling sering dibeli.
Sebagian besar responden dengan jumlah persentase sebesar 87,6 persen masih memilih uang tunai sebagai alat pembayaran utama ketika melakukan transaksi saat berwisata, baik ke dalam negeri maupun luar negeri.
Namun, terdapat 4,6 persen responden yang lebih memilih menggunakan kartu kredit/debit mereka dalam melakukan transaksi selama liburan. Sedangkan 8 persen responden di antaranya, mengaku tidak menggunakan biaya pribadi mereka saat melakukan perjalanan wisata. (Eko Sutriyanto)