News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mobil Murah Bisa Dijadikan Momen Penerapan ERP

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dari kiri, Presdir PT Astra Internasional Daihatsu, Sudirman, CEO PT Astra Internasional Daihatsu, Djoni Bunarto Tjondro, dan Senior Executive Direktur PT Astra Internasional Daihatsu, Takashi Nomoto berpose di depan mobil Daihatsu Ayla saat peluncuran di Jakarta Pusat, Senin (9/9/2013). Peluncuran kendaraan bermotor roda empat hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) ini menggunakan komponen lokal sebanyak 84 persen dan teknologi ECO. Daihatsu Ayla memiliki enam varian yaitu D MT, D+MT, M MT/AT, X MT/AT dengan kisaran harga mulai dari Rp 76 juta hingga Rp 106 juta. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) yang mulai diluncurkan oleh tiga produsen otomotif tanah air tengah menjadi perdebatan hangat. Di satu sisi menyambut dengan baik kehadiran mobil berharga murah itu, di sisi lain banyak yang khawatir bakal memicu kemacetan di kota-kota besar. Terutama di Jakarta.

Namun dalam pandangan Andrinof Chaniago, Pengamat Kebijakan Publik, justru ini bisa menjadi momen yang tepat bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengimplementasikan program penanggulangan macet yang pernah digulirkan. Diantaranya yaitu dengan menaikan tarif parkir, pengadaan bus dalam jumlah besar, dan penerapan Electronic Road Pricing (ERP) atau jalan berbayar elektronik yang sampai saat ini tidak jelas ujungnya.

"Adanya LCGC menjadi beban tambahan bagi Jakarta untuk mengatasi kemacetan, maka semua rencana Pemprov DKI harus cepat diterapkan. Jika tidak kemacetan takkan bisa terselesaikan," ujar Andrinof kepada KONTAN, Senin (16/9).

Menurutnya kenaikan tarif parkir, pengadaan bus dalam jumlah besar dan penerapan ERP bisa menjadi solusi guna melawan efek LCGC ini. Selain itu, Andrinof justru mengkritik langkah pemerintah yang memberikan insentif pada mobil murah ini. Ia menilai pemerintah seperti sedang mengelola perusahaan dan bukan menjalankan sebuah sistem negara.

"Pemerintah pikirannya cuma cari untung dibalik keluarnya kebijakan ini, seharusnya transportasi umum yang dikembangkan bukan memberi keleluasaan hadirnya mobil murah," katanya. (Fahriyadi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini