News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bulog: Jatah Kedelai Lokal Rp175 M, Impor Rp700 M

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KEMBALI PRODUKSI - Slamet (47) membersihkan kacang kedelai yang sudah direbus saat akan memulai produksi tempe kembali setelah tiga hari mogok produksi di pabrik tempe Arema, Jalan Jakarta, Kota Bandung, Rabu (11/9). Tiga hari mengikuti mogok produksi secara masal sebagai bentuk protes akibat belonjaknya harga kedelai, pakrik yang memproduksi tempe dengan bahan baku dua kwintal kedelai impor per hari itu harus merugi lebih dari Rp 500 ribu per hari. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA. Hingga akhir 2013, Perum Bulog ditugaskan menyerap 25.841 ton kedelai dari petani lokal. Untuk itu, Perum Bulog mengaku menyiapkan dana sebesar Rp 175 miliar. Kepala Perum Bulog, Sutarto Alimoeso mengatakan, anggaran tersebut tidaklah besar dibandingkan dengan beras. "Lah orang beli beras Rp 15 triliun," kata Sutarto di Gudang Bulog Divre DKI, di Pulogadung, Jakarta, Senin (16/9).

Sutarto menuturkan, berdasarkan informasi dari Kementerian Pertanian ada 13 daerah yang siap panen pada semester kedua 2013 ini. Namun ketika dievaluasi hanya 11 daerah yang memungkinkan. Kendati demikian, ia yakin target 25.841 ton sampai akhir tahun, bisa terpenuhi.

Kantong-kantong produksi kedelai yang siap panen diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.  "Kita langsung beli ke kelompok tani. Sampai akhir tahun saya kira cukup," katanya.

Di lain sisi, Perum Bulog mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 700 miliar untuk mengimpor 100.000 ton kedelai. Menurut Sutarto, impor kedelai tersebut berdasarkan surat Menteri Perdagangan RI No. 04 PI-57.13.0037 tertanggal 29 Agustus 2013. "Dana kira-kira paling Rp 700 miliar untuk 100.000 ton, tetapi kita kan belinya tidak langsung, walaupun kalau langsung itu pasti lebih murah," jelasnya.

Sebagai informasi, Perpres 23 tahun 2013 menugaskan Perum Bulog untuk mengamankan harga dan penyaluran kedelai. Sebab kebutuhan akan bahan baku pembuatan tahu tempe tersebut terbilang cukup besar.

Misalnya saja untuk daerah DKI Jakarta. Ketua Puskopti DKI, Suharto mengatakan kebutuhan rata-rata setiap bulan DKI Jakarta sebesar 10.400 ton. Kedelai tersebut akan diolah menjadi tahu dan tempe oleh 5.724 perajin. Artinya, alokasi impor yang sebesar 100.000 ton dan menyerap 25.841 ton kedelai lokal oleh Perum Bulog, belum bisa menutupi kebutuhan kedelai nasional.

Selain Bulog, masih ada beberapa importir lain yang mendapat jatah untuk mengimpor kedelai. Salah satunya Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo)  yang memeroleh alokasi impor sebesar 125.000 ton. "Gakoptindo sudah diberi (izin) impor 125.000 ton," ujar Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Srie Agustina.

Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan sebelumnya menuturkan bahwa untuk menstabilkan harga kedelai, Perum Bulog setidaknya harus memiliki stok 10% dari kebutuhan nasional, yakni sebesar 250.000 ton per tahun. (Estu Suryowati/Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini