TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siap-siap melihat harga produk elektronik beterbangan di tahun depan. Bisa jadi, kenaikan harga produk elektronik, tahun depan, lebih tinggi daripada kenaikan di tahun ini.
Ali Soebroto, Ketua Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), menuturkan setidaknya ada dua faktor utama yang bisa mendongkrak harga jual elektronik tahun depan. Dua faktor itu adalah berlanjutnya pelemahan rupiah dan kenaikan biaya energi, terutama tarif tenaga listrik (TTL). Maklum saja, selain membutuhkan listrik dalam jumlah besar, separuh dari komponen produk elektronik masih impor.
Menurut Ali, rencana kenaikan TTL pada tahun depan sudah pasti membengkakkan biaya produksi. "Ada juga kenaikan harga komponen akibat kenaikan biaya produksi komponen," ujar dia, Senin (30/12).
Ali memperkirakan kontribusi biaya listrik dalam industri elektronik sekitar 5,5 persen - 16,5 persen. Nah bila terjadi kenaikkan TTL sebesar 10 persen, maka akan terjadi kenaikkan biaya produksi sebesar 0,6 persen - 1,7 persen.
Catatan saja, pemerintah berencana menaikan TTL untuk pelanggan industri golongan I3 hingga 38,9 persen. Sedangkan pelanggan golongan I4 yang notabene industri besar juga bakal naik hingga 64,7 persen. Karena kenaikan ongkos produksi tak bisa ditanggung oleh pengusaha, konsumen harus ikut menanggung lewat kenaikan harga jual produk.
Sementara itu, pelemahan rupiah yang terus berlanjut juga ikut memukul pebisnis elektronik. Sepanjang tahun ini, harga produk elektronik sudah naik rata-rata 10 persen. Akibatnya, tahun ini target pertumbuhan penjualan elektronik sebesar 15% diperkirakan tak bakal tercapai.
Lesunya penjualan elektronik tidak hanya terjadi di pasar domestik tapi juga di pasar ekspor. Data Kementerian Perindustrian menyebut, ekspor produk elektronik dan telematika hingga September 2013 sebesar 7,3 miliar dollar AS, merosot 53,2 persen ketimbang periode yang sama 2012. Tujuan ekspor ini antara lain ke Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Jerman, Korea Selatan dan China.(Herlina Kartika)