TRIBUNNEWS.COM, MILAN - Perbankan Italia masih merana lantaran krisis yang terjadi 2008 silam. Bank Intesa SanPaolo misalnya, membukukan kerugian sampai € 5,2 miliar atau sekitar US$ 7,14 miliar di akhir kuartal IV tahun lalu lantaran melakukan hapus buku kredit macet besar-besaran sisa krisis.
Tak hanya itu, beban keuangan bank kedua terbesar Italia ini makin berat karena menggandakan provisi menjadi € 3,1 miliar di September-Desember tahun lalu, dari setahun sebelumnya € 1,46 miliar.
Sedangkan total penurunan aset (impairment), termasuk hapus buku utang macet, total mencapai € 5,8 miliar.
Meski kinerja Intesa masih berdarah-darah, saham bank ini malah mencatat kenaikan terbesar selama dua tahun, yatiu 3,2% di bursa Milan, setelah bank menyingkirkan utang bobrok.
Tanpa penurunan nilai aset, Chief Executive Carlo Messina mengatakan, Intesa masih membukukan laba € 578 juta. Rasio modal inti atau Tier 1 naik menjadi 11,9% di akhir Desember dari 11,5% di September. Bank mengklaim sudah memenuhi ketentuan Basel III dengan Tier 1 sebesar 12,3%.
Perbankan Italia ramai-ramai menyingkirkan aset macet sebelum European Central Bank (ECB) menggelar evaluasi November mendatang.
UniCredit SpA, bank terbesar Italia pada 11 Maret lalu mengumumkan rugi rekor € 15 miliar. Investor menghadiahi langkah bersih-bersih ini dengan kenaikan saham sampai 6,2% di hari itu.
Sedangkan Banca Monte dei Paschi di Siena SpA mencatat rugi bersih € 920,7 juta (US$ 1,3 miliar). Bank ketiga terbesar Italia ini mencatat rugi untuk kuartal ketujuh berturut-turut, setelah meningkatkan pencadangan dan mengalami pembengkakan beban reorganisasi.