TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Adira Finance pada kwartal I 2014 ini mencatat laba bersih sebesar Rp 411 miliar pada Kuartal I-2014 bila dibandingkan Rp 336 miliar pada periode sama tahun lalu. Piutang pembiayaan yang dikelola (Managed Receivables) pun dapat tumbuh 8 persen menjadi Rp 48,5 triliun hingga akhir bulan Maret 2014
Sementara piutang pembiayaan yang dikelola tumbuh 8 persen menjadi Rp 48,5 triliun Perubahan kondisi bisnis yang terjadi pada tahun lalu dampaknya masih berlanjut dalam kuartal I tahun ini.
Hal ini dapat dilihat dari suku bunga pinjaman yang masih tinggi, disertai dengan likuiditas yang masih ketat. Inflasi tahunan pun masih tinggi pada tingkat 7,32 persen pada Maret 2014 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan nilai tukar rupiah yang masih belum stabil. Hal ini berdampak pada penjualan otomotif nasional.
"Sebagai perusahaan pembiayaan yang memfokuskan usahanya dalam pembiayaan otomotif, kondisi bisnis saat ini juga mempengaruhi kinerja Perusahaan. Namun kami tetap berupaya untuk menjaga kinerja dengan melakukan berbagai upaya, termasuk dengan melakukan optimalisasi kapasitas, menjaga pertumbuhan usaha, serta mengelola risiko dengan sebaik mungkin,” ujar Willy Suwandi Dharma, Direktur Utama Adira Finance.
Sementara Hafid Hadeli selaku Direktur Pemasaran Pembiayaan Adira mengatakan, pada kuartal I-2014, pembiayaan baru yang disalurkan Adira Finance tumbuh 15 persen atau sebesar Rp 8,1 triliun dibandingkan Kuartal I-2013 tahun lalu sebesar Rp 7,0 trilliun. Penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp 8,1 triliun ini terdiri dari 56 persen pembiayaan sepeda motor dan sisanya adalah pembiayaan mobil.
Secara unit, Adira menyalurkan 440 ribu unit kendaraan bermotor. Pangsa pasar untuk sepeda motor baru kami pun menunjukkan perbaikan. Bila pada kuartal I-2013 lalu hanya tercatat sebesar 9,6 persen, pada Kuartal I-2014 ini telah kembali tumbuh menjadi 11,5 persen. Sementara pangsa pasar untuk mobil baru masih terjaga stabil pada tingkat 4,7 persen.