TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Kebijakan Energi, Sofyano Zakaria menilai tren bisnis migas internasional itu terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Sofyano memberi contoh dari Petronas, PTT Thailand, Shell, Exxon, Total, semua bisnisnya terintegrasi.
"Jadi kalau ada yang berpendapat harus dipisahkan hulu dan hilir. Bisa jadi pengetahuan yang bersangkutan tentang bisnis migas masih dangkal," ujar Sofyano Rabu (14/5/2014).
Sofyano memaparkan pada dasarnya Di setiap blok migas, biasanya selain ada minyak juga ada gas.
Sofyano pun mempertanyakan konsep pemisahan hulu hilir dijalankan, perusahaan eksplorasi minyak dan ditemukan ada gas juga, yang diambil cuma minyaknya saja.
"Dan terus, gas dibuang. Apa benar begitu?," ungkap Sofyano.
Sofyano mengungkapkan seharusnya, persoalan bisnis gas ini tidak dibelokkan keberbagai arah. Sehingga muncul teori tanpa analisis mendalam karena tidak didukung pengetahuan yang baik.
"Inti persoalan bisnis gas saat ini adalah open access, yang justru terkubur oleh permainan isu akuisisi yang diduga untuk kepentingan sesaat," papar Sofyano.
Sofyano pun meminta Pemerintah tegas saja menerapkan aturan Permen Nomor 19 tahun 2009 tentang open access.
"Terapkan sanksi tegas bagi perusahaan yg menolak untuk secara konsekuen menerapkannya," jelas Sofyano.