TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Transaksi elektronik money atau e-mony saat ini terus berkembang pesat. Potensi pengembangan bisnis e-money pun terbuka lebar di Indonesia.
Yura Djalins, Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Pembayaran Bank Indonesia mengatakan, pertumbuhan transaksi e-money pertumbuhannya cukup menggembirakan. Walaupun besarannya masih kecil dibandingkan dengan tarnsaksi ATM dan kartu kredit.
Pada satu sisi transaksi APMK sampai saat ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Per April 2014 nilai transaksi kartu ATM/Debit mencapai Rp 11,4 triliun per hari dengan jumlah kartu 87,9 juta kartu, nilai transaksi kartu kredit Rp 690,8 miliar per hari dengan jumlah kartu 15,2 juta. Namun di sisi lain, transaksi uang elektronik masih berjuang untuk menemus Rp 10 miliar per hari dengan hanya Rp 7,7 miliar per hari walaupun jumlah pemakai sudah mencapai 30,4 juta.
Bank Indonesia mengembangkan program Less-Cash Society (LCS) yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan non-tunai di masyarakat untuk transaksi ritel sehari-hari seperti belanja, pembayaran tagihan dan transfer.
Dari tiga instrumen non-tunai ritel yang tersedia – yaitu kartu debit, kartu kredit dan uang e – saat ini fokus diarahkan pada uang elektronik yang merupakan instrumen yang relatif masih baru dan karakternya paling dekat untuk menjadi substitusi penggunaan uang tunai sehari-hari.
"Tantangan perluasan penggunaan uang elektronik sebagai instrumen pembayaran baru di masyarakat cukup besar. Diantaranya adalah perilaku dan preferensi masyarakat yang cenderung untuk menggunakan uang tunai, keterbatasan pemahaman masyarakat, infrastruktur layanan yang masih terbatas dan terkonsentrasi di kota-kota besar serta belum tersedianya platform standar sehingga saat ini masing-masing penerbit menggunakan standar yang berbeda-beda," kata Yura dalam keterangannya saat seminar Collaborative & Incentives: a New Breakthrough for e-Money di Jakarta, Rabu 11 Juni 2014.
Guna memperkenalkan uang elektronik kepada masyarakat, Bank Indonesia menggunakan strategi uji coba kawasan non-tunai di kampus atau kawasan tertentu lainnya. Pemilihan kampus sebagai tempat meperkenalkan uang elektronik didasarkan pada keunikan kampus yang memiliki populasi dalam jumlah yang besar yang umumnya tertarik mencoba sesuatu yang baru dan menjadi panutan di lingkungan rumahnya.
Pada tahun 2013 uji coba dilakukan di kampus UI, Depok dan tahun ini direncanakan akan diimplementasikan di 10 kota besar: Medan, Padang, Palembang, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin dan Makassar.
Pengenalan kepada masyarakat diharapkan akan meningkatkan permintaan uang elektronik yang pada akhirnya akan mendorong penerbit untuk memperluas penyediaan infrastruktur dan layanan uang elektronik. Di sisi lain, saat ini Bank Indonesia sedang menyiapkan guidance standar pengembangan uang elektronik berbasis chip sebagai upaya untuk mendorong perwujudan platform standar nasional Uang Elektronik.