TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah nama calon untuk menggantikan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan terus menyeruak. Para direktur dari internal Pertamina sendiri sudah digadang-gadang untuk mengisi posisi strategis tersebut.
Pengamat Kebijakan Migas, Yusri Usman, mengatakan nama-nama dari kalangan internal Pertamina yang beredar selama ini tak punya kapabilitas menggantikan Karen. Nama dari internal yang muncul adalah Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya, Direktur Gas Hari Karyuliarto dan mantan Direktur Pemasaran dan Niaga Ahmad Faisal.
Hanung Budya dan Hari Karyuliarto misalnya tak cocok sebagai pengganti Karen karena beberapa sebab. "Sebabnya jelas, dua nama itu sudah terkenal dekat dengan trader migas. Apa cocok calon dirut Pertamina nantinya adalah orang yang berurusan dengan jual migas ke para trader. Seharusnya mereka kan fokus dalam meningkatkan kecukupan migas nasional, bukan malah berusan dengan para trader untuk berbagai kepentingan," katanya.
Begitu pula dengan Ahmad Faisal. Menurut Yusri sulit dibayangkan jika orang nomor satu Pertamina mendapat banyak intervensi dan titipan dari pihak luar. "Jadi sebenarnya sama saja dari internal atau eksternal. Tapi ya itu satu, kalau internal jangan tiga nama tersebut, namun kalau dari eksternal juga tidak boleh dapat titipan dari banyak pihak," pungkasnya.
Sebelumnya, Arief Rahman, Direktur Eksekutif Institut Proklamasi menilai, pengganti Karen setidaknya harus memiliki kemampuan manajerial korporasi, meningkatkan prestasi perusahaan karena semasa Karen mampu menembus Fortune Global.
Ia menegaskan, siapa pun yang jadi Dirut Pertamina harus kuat dari tekanan. Misal dari ESDM, SKK Migas, DPR dan mafia migas. Ia harus memiliki alur atau frame sendiri dan tidak terjebak tarik menarik kepentingan.
Pengganti Karen dari luar juga bisa diberi kesempatan asal memiliki mental kuat memiliki kemampuan mengelola perusahaan BUMN dengan aset terbesar. “Oleh karena itu dirut baru Pertamina sebaiknya dari luar yang mempunyai komitmen kuat, konsisten dan paling utama berani merombak manajemen Pertamina,” kata Kepala Pengkajian Energi Universitas Universitas Indonesia Iwa Garniwa.