News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kucuran Kredit Perusahaan Pembiayaan Stagnan

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Industri pembiayaan masih harus berjuang supaya bisa keluar dari perlambatan pertumbuhan kredit. Sampai bulan Agustus 2014, jumlah outstanding kredit tak banyak berubah dari posisi di bulan Juli.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat, kucuran multifinance hingga Agustus 2014 mencapai Rp 363,4 triliun atau naik tipis dibandingkan posisi Juli yakni Rp 363,1 triliun.

Dibandingkan dengan Agustus tahun lalu, pembiayaan masih tumbuh 7,4%. Namun, pertumbuhan ini masih kecil. Pada Agustus 2013, kenaikan outstanding pembiayaan bisa mencapai 15%.

Menurut pelaku bisnis ini, perlambatan pertumbuhan pembiayaan tak terlepas dari kondisi ekonomi makro. "Pasar otomotif tahun ini tak sebagus yang kita harapkan sebelumnya," ujar Hafid Hadeli, Direktur Adira Finance.

Kondisi ekonomi makro juga mendorong biaya dana semakin mahal. Alhasil, likuiditas di industri pembiayaan semakin ketat.

Per September 2014, jumlah kredit yang disalurkan oleh Adira hanya naik 3% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 25,5 triliun. Padahal periode Januari-September tahun lalu, pembiayaan berjalan Adira naik 5% dibandingkan kuartal ketiga tahun sebelumnya.

Diantara jenis pembiayaan, kinerja sektor sewa guna usaha kurang menggembirakan. Total outstanding sewa guna usaha terus menyusut. Di awal tahun ini, pembiayaan berjalan sewa guna usaha sempat mencapai Rp 118,49 triliun. Per Juli 2014, outstanding pembiayaan ini turun menjadi Rp 114 triliun.

Bahkan, di bulan Agustus tahun ini, outstanding pembiayaan sewa guna usaha turun lagi menjadi Rp 113,7 triliun. Angka tersebut tak banyak berubah dari Agustus tahun lalu yakni Rp 113 triliun.

Melempemnya bisnis pembiayaan alat berat menjadi penyebab turunnya pembiayaan sewa guna usaha. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno bilang, lini bisnis ini memang sulit untuk diharapkan membaik. "Jadi memang sulit bagi pembiayaan alat berat untuk terdorong," ujarnya.

Beberapa perusahaan melakukan diversifikasi usaha demi mendongkrak penyaluran kredit sewa guna usaha. Tapi, sulit menggeser ketergantungan dari permintaan alat berat sektor tambang. (Tendi Mahadi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini