TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Mandiri, Destry Damayanti mengatakan bahwa ada tiga hal yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah pada belakangan ini. Ketiga hal itu bersifat fundamental akibat pergolakan perekonomian makro.
Dia menjelaskan yang pertama adalah pengaruh dari pergerakan perekonomian global. Hal ini dimulai dengan adanya tekanan suku bunga akibat kenaikan suku bunga The Ted yang kemungkinan akan terjadi pada awal atau pertengahan semester tahun 2015.
"Hal itu akan mengubah pola pergerakan market global. Indonesia sendiri merupakan salah satu ngara yang terbuka sehingga kita banyak mendapatkan arus dana asing masuk ke kita sehingga bahaya jika dana ini keluar," katanya di Jakarta, Kamis (23/10/2014).
Dia mengatakan bahwa hal ini membuat mata uang Dolar AS kerap mengalami penguatan terhadap beberapa mata uang yang lain. Hal ini menimbulkan tekanan terhadap pelemahan mata uang secara regional.
Sedangkan faktor yang kedua, dapat dilihat dari besarnya utang Luar Negeri (LN) Swasta pada periode 2011-2013. Dan hampir sebagian utang luar negeri terjadi dalam jangka pendek terutama untuk kurun waktu selama 1 sampai dengan 3 tahun.
"Dengan utang ini, akan ada permintaan permintaan Dolar AS yang tinggi, yang akhirnya menekan nilai tukar Rupiah," katanya.
Faktor yang ketiga, adalah supply dolar AS yang makin terbatas karena ekspor makin lemah. Jadi faktor ketiga ini akan membuat cadangan devisa indonesia semakin terbatas. Hingga kuartal III 2014 cadangan devisa pun baru mencapai 112 Miliar dolar AS.
"Nah yang terakhir itu lebih kepada masalah non fundamental. Yaitu politik. Pasar lagi menunggu tim kabinetnya seperti apa, namun hal-hal yang sifatnya non politik lebih banyak memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah pada belakangan ini," katanya.