News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pesawat AirAsia Jatuh

Surat Tony Fernandes kepada Penumpang AirAsia

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEO Maskapai Penerbangan AirAsia Tony Fernandez menyambangi pusat pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ85 di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, Rabu (31/12/2014), siang.

TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA -Tony Fenandes sebagai CEO sekaligus pemilik maskapai penerbangan AirAsia, rupanya benar-benar all out dalam meng-handle tragedi AirAsia QZ8501. Saat dinyatakan hilang pada Minggu (28/12/2015) lalu, ia langsung terbang ke Surabaya. Ia juga selalu meng-update perkembangan informasi melalui akun twitternya.

Kali ini, ia juga langsung menyentuh para pelanggan AirAsia melalui surat pribadinya kepada para penumpang maskapai Malaysia tersebut.

Berikut tulisan Iskandar dalam Kompasiana, mengenai surat Tony Fernandes.

Pagi ini saya dapat surat dari pemilik AirAsia. Tentu saja saya bukan satu-satu orang yang menerima surat, lantaran surat tersebut ditujukan untuk semua pelanggan AirAsia atau mereka yang pernah membeli tiket AirAsia. Disebarkan ke seluruh pengguna AirAsia di seluruh dunia, dengan beragam standar bahasa yang berbeda--Melayu, English, Mandarin, Indonesia, dan mungkin masih banyak lagi.

Tony tidak menulis surat itu atas nama perusahaannya atau maskapai yang didirikannya. Dia menuliskannya atas nama pribadi. Atas nama seorang pengusaha kelahiran Malaysia yang menjalankan bisnis dengan segala getir pahit dan manis yang dirasakan. Dia memulainya dengan mengatakan, "Beberapa pekan terakhir adalah masa-masa paling sulit dalam hidup saya sejak mendirikan AirAsia 13 tahun yang lalu."

Ini adalah surat personal yang ditujukan untuk setiap individu yang terkait dengan bisnisnya, khususnya bisnis penerbangan sipil bermerek AirAsia yang sudah terbang selama belasan tahun. Dan ketika terjadi sebuah musibah yang menimpa penerbangan QZ8501, Tony langsung menganggap cobaan berat ini sebagai urusan pribadinya. Bukan sekedar perkara bisnis yang diselesaikan secara bisnis sebagaimana lazimnya atau (meminjam mulut orang bisnis) sebagaimana mestinya.

Dan karena surat ini sangat bersifat pribadi, Tony meminta agar para pelanggannya dapat membacanya dan menerima pesan yang ingin dia sampaikan lewat bahasa ibu setiap penerima surat. Maka diterjemahkanlah surat itu ke beberapa bahasa.

Dari segi bahasa, surat Tony memang ditujukan untuk orang Indonesia dengan bahasa Indonesia. Bukan sekedar diterjemahkan dari bahasa aslinya (saya menebak Tony menulisnya dalam bahasa Inggris). Sehingga saya sebagai penerima membacanya sebagai surat yang benar-benar ditujukan untuk saya seorang.

Dalam suratnya, Tony meneguhkan komitmennya untuk mengevaluasi dan menyempurnakan produknya. Kalimat ini, dari tinjauan PR, merupakan respon tepat atas reaksi pemerintah Indonesia yang menyoroti soal penerapan harga murah beberapa penerbangan dan bergegas menerapkan aturan baru terkait penerbangan murah. Meskipun pemerintah tidak menyebutkan Air Asia dalam pertimbangan kebijakannya, tapi masyarakat dapat asal-muasalnya. Maka alih-alih memperdebatkan hal tersebut, Tony memilih untuk bergerak maju dengan terus melakukan evaluasi dan penyempurnaan atas layanan yang selama ini diberikan kepada pelanggan.

Sungguh sebuah respon yang pas dan tidak berlebihan.

Sebelum bicara soal komitmen, Tony juga mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan semua pihak dan memberitahukan adanya proses investigasi yang berlangsung dibalik peristiwa naas QZ8501 yang menewaskan 162 penumpang dan kru pesawat.

Pada titik ini, atau setidaknya lewat surat yang disebarkan ke pelanggan, Tony membuktikan bahwa dirinya adalah pebisnis yang lulus uji dan tahu bagaimana menghadapi hari-hari terberat dalam hidupnya. Ini bukan sekedar bagaimana mendulang simpati, tapi bagaimana berempati dan beraksi atas apa musibah yang telah terjadi.

Apa yang dilakukan Tony, termasuk bagaimana dia bergerak cepat di awal terjadinya musibah dan dengan cepat mengungkapkan pemikiran dan komitmennya lewat Twitter, telah memberikan ketenangan bagi para keluarga korban. Dan dalam perspektif kehumasan yang saya geluti sebelum mengelola Kompasiana, beginilah seharusnya para pemimpin bersikap dan beraksi di saat kritis. Bukan memikirkan apa yang harus dilakukan oleh staf humasnya, tapi melakukan apa yang dipikirkan (dikhawatirkan) dan dibutuhkan oleh para pelanggan dan keluarga korban, tepat pada saat mereka membutuhkannya.

Berikut salinan surat yang saya terima dari Tony.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini