TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Hediyanto W Husaini, mengungkapkan pasar konstruksi Indonesia masih harus berkompetisi dengan Tiongkok, Jepang, dan India. Di Asia, pasar konstruksi Indonesia masih ada di urutan keempat.
Berdasarkan data Kementerian, Tiongkok masih memegang pasar properti Asia dengan nilai 1,7 triliun dolar AS, diikuti Jepang pada urutan kedua dengan nilai 742 miliar dolar AS, ketiga India dengan 427 miliar dolar AS, dan Indonesia sebesar 267 miliar dolar AS.
Kendati ada di urutan keempat, Indonesia masih bisa mengungguli Singapura yang saat ini memiliki nilai pasar konstruksi sebesar 26 miliar dolar AS.
"Pasar konstruksi kita cukup besar dibandingkan Singapura," ujar Hediyanto di Kementerian PU, Kamis (22/1/2015).
Dengan potensi pasar yang cukup besar, Hediyanto mengungkapkan pasar konstruksi Indonesia harus dikuasai sendiri oleh para kontraktor nasional. Hal itu dilakukan lantaran Indonesia sendiri ikut bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.