News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cuaca Buruk Angkat Harga Gas Alam

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Teknisi memeriksa tabung bahan bakar gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang dipasang pada truk tangki pada pengenalan konversi bahan bakar gas untuk transportasi industri di kompleks perkantoran Pertamina di Jakarta, Rabu (10/12/2014). Truk berbahan bakar LNG sudah diuji coba untuk angkutan pertambangan dengan hasil lebih ekonomis dibandingkan bahan bakar minyak dan lebih ramah lingkungan. KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA. Harga gas alam memuai, setelah tertekan ke level terendah lebih dari enam tahun. Cuaca buruk dan rebound harga minyak mentah memberikan sentimen positif pada pasar gas alam.

Mengutip Bloomberg, Senin (9/2/2015) pukul 17.25 WIB, harga gas alam pengiriman Maret 2015 di New York Merchantile Exchange naik 3,7% menjadi US$ 2,67 per MMbtu. Akhir pekan lalu, harganya jatuh ke level US$ 2,57 per MMbtu. Ini harga terendah, setidaknya sejak Februari 2008.

Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim menyatakan, cuaca menjadi faktor utama pendongkrak harga gas alam. Saat ini, cuaca yang cukup buruk terjadi di sebagian besar Amerika Serikat (AS), Eropa dan beberapa wilayah Asia.

Energy Information Administration memperkirakan, 49% rumah tangga di AS menggunakan gas alam untuk bakan bakar pemanas ruangan. Artinya, dengan perkiraan cuaca buruk masih berlangsung hingga 20 Februari mendatang, maka bisa mengerek permintaan gas alam.

Hal ini didukung pula dengan kenaikan harga minyak mentah. Sebagai sesama komoditas energi, harga gas alam terimbas sentimen positif harga minyak.

Selain itu, pasar berspekulasi permintaan dari China akan meningkat. Pemicunya adalah data neraca perdagangan Tiongkok bulan Januari 2015 surplus US$ 60 miliar atau di atas prediksi pasar US$ 48,9 miliar. "Sehingga harga gas alam menguat tipis. Ini bisa berlanjut hingga Rabu," prediksi Ibrahim.

Meski demikian, rebound yang terjadi belum mengubah tren bearish gas alam. Cuaca perlahan akan melewati masa kritis. Sementara, perekonomian Eropa dan China belum menunjukkan sinyal perbaikan dalam waktu dekat.

Meskipun permintaan gas alam meningkat, cadangan gas alam di AS masih tinggi. Per 5 Februari lalu, cadangan gas alam hanya berkurang 115 miliar kaki kubik dalam sepekan, di bawah prediksi yakni turun 119 miliar kaki kubik.

Pasokan gas alam lebih dari cukup untuk sisa musim dingin. "Dari sisi fundamental belum ada alasan yang mampu membuat penguatan gas alam berlanjut dalam waktu dekat," kata Dominick Chirichella, Analis Senior di Energy Management Institute New York kepada Bloomberg, Sabtu (7/2/2015).

Prediksi Ibrahim, sepekan, gas alam bergerak antara US$ 2,60-US$ 2,67 per mmbtu.(KONTAN/Namira Daufina )

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini