TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga beras di Pasar Induk Cipinang, Pulogadung, Jakarta Timur, mengalami kenaikan. Hal itu sudah terjadi sejak awal Februari 2015 dimana angkanya terus melonjak tajam dan kenaikan yang ada kini telah mencapai angka 30 persen.
Salah seorang pedagang di Pasar Induk, Rasdi (39) menuturkan bahwa kenaikan harga beras disebabkan karena belum meratanya panen di sejumlah daerah produsen beras di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
"Hujan yang tidak menentu juga membuat beberapa wilayah belum panen. Akibatnya, pasokan berkurang dan harga jadi naik," katanya, Jumat (20/2).
Akibat kejadian tersebut, naiknya beras menjadi tidak terelakkan. Beras yang paling murah atau kualitas IR2, naik dari Rp 8.500 menjadi Rp 11 ribu per kg. Sementara untuk kualitas IR1 dari Rp 9.500 naik menjadi Rp 12 ribu per kg.
"Kalau yang kelas premium dari Rp 10 ribu menjadi Rp 13 ribu per kg," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Penggilingan Padi DKI Jakarta (Perdadi), Nelly Sukidi mengatakan bahwa kenaikan harga beras disebabkan karena tidak adanya lagi stok di Pasar Induk Beras Cipinang.
"Biasanya dalam satu hari ada 2.500-3.000 ton beras masuk, tapi sekarang yang ada hanya 1.000 ton per hari," ungkapnya.
Selain kendala di atas, beras Bulog yang biasanya dipersiapkan untuk membantu permintaan masyarakat, kini sudah dicabut.
Alhasil kenaikan harga beras pun tidak terelakkan dimana telah berlangsung sejak tiga minggu terakhir.
"Jadi setiap ada beras yang masuk selalu menjadi rebutan. Akibatnya, harga pun melambung dan barang tidak ada," kata Nelly.
Untuk itu para pedagang mendesak pemerintah segera mengambil tindakan. Pasalnya, tidak ada satupun reaksi yang dilakukan pemerintah meski hal ini sudah terjadi selama hampir satu bulan.
"Kalau sudah begini, yang disalahkan pasti para pedagang yang selalu dituduh melakukan penimbunan beras," sesalnya.