TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penelitian mengenai penggunaan nuklir untuk tujuan damai terus dilakukan oleh para peneliti di dunia.
Selain berbagai inovasi di bidang energi dan kesehatan, para peneliti nuklir di Rusia khususnya, kini terus mengembangkan energi nuklir untuk proses desalinasi yang sangat bermanfaat untuk mengatasi krisis air bersih yang sempat melanda beberapa negara di Afrika.
Direktur Departemen Bisnis Internasional Rosatom, BUMN nuklir asal Rusia, Nikolay Drozdov mengungkapkan, saat ini para peneliti di Rosatom tengah mengembangkan penelitian bagaimana reaktor nuklir bisa lebih berperan dalam menunjang kehidupan manusia. Dalam hal ini energi nuklir bisa menyediakan akses air bersih.
"Perhatian khusus diberikan pada model bisnis fasilitas desalinasi ini, begitu pula dengan penilaian medis dan biologis atas kualitas air yang didesalinasi,” ungkap Drozdov dalam keterangannya, Selasa (24/3/2015).
Sebuah data statistik mengungkapkan, dua miliar orang tak bisa memperoleh akses air bersih. Pada saat yang sama, populasi dunia justru tumbuh besar di negara-negara yang rawan terkena dampak kekurangan air bersih, terutama negara-negara di Afrika.
Teknologi yang dikembangkan Rosatom ini merupakan teknologi multiple effect distillation (MED) yang mengimplementasikan proses alami penguapan dan kondensasi air laut. Sama seperti teknologi desalinasi lainnya, teknologi MED membutuhkan energi yang besar, dan kestabilan operasi fasilitas desalinasi ini tergantung pada keamanan pasokan energi.
Sebelumnya, Rusia dan Mesir juga telah melakukan kerjasama pembangunan PLTN dengan fasilitas desalinasi yang bisa menghasilkan air bersih hingga lebih dari 170.000 meter kubik per hari dari satu unit PLTN. Penandatangan kerjasama ini dilakukan pada bulan Februari lalu.
Dengan demikian, sebuah kompleks PLTN tidak hanya terdiri dari reaktor nuklir pembangkit listrik, namun juga memiliki fasilitas lain yang bisa memberikan manfaat kepada masyarakat.