Riset KWI : Konsumen Rumah Tangga Kini Cenderung Berbelanja Lebih banyak
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA- Di tengah keadaan pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik yang sedang melambat dari segi consumer good, jika dibandingkan dengan tahun lalu, pasar Fast moving consumer goods (FMCG ) atau barang konsumen yang bergerak cepat di Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi di 2014 sebesar 15%, menurut data Kantor Worldpanel Indonesia(KWI).
IMF juga mengeluarkan hasil pertumbuhan yang tinggi untuk perekonomian ASEAN 5 (Indonesia Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam), tumbuh sebesar 4.7% di 2014 dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 5.4% di 2015.
Menurut Fabrice Carrasco, Managing Director VIP Vietnam, Indonesia and Phillipines, merupakan salah satu dari sedikit negara di Asia yang masih mampu memberikan pertumbuhan dua digit untuk FMCG pada 2014 walau banyaknya tantangan ekonomi.
Dalam rangka mendorong pertumbuhan, dengan memahami peluang yang ada, menawarkan produk dan cara yang inovatif sangatlah penting untuk memastikan produsen terus memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh pasar di Indonesia.
Lim Soon Lee, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan market yang sangat berpotensi, dilihat dari jumlah penduduknya yang sangat besar, dan 70% dari populasi Indonesia tersebut, berada di usia yang sangat produktif. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat menarik untuk para pemain di FMCG.
Fanny Murhayati, New Business Development Director Kantar Worldpanel Indonesia memaparkan bahwa pertumbuhan digit ganda terlihat di semua sektor. Hal ini tentu menjadi ajang yang menantang untuk para pemain FMCG.
Pertumbuhan paling tinggi terlihat pada sektor kebutuhan rumah tangga (sebesar 18%, dibandingkan dengan tahun lalu), dan kebutuhan pangan (sebesar 15%). Selain itu, jika dilihat lebih dalam, situasi ekonomi yang melambat dan ketidakstabilan harga bahan bakar kendaraan di Indonesia membuat konsumen merubah cara berbelanja mereka dibanding dengan tahun sebelumnya. Konsumen rumah tangga cenderung berbelanja lebih banyak dengan jumlah perjalanan belanja yang lebih sedikit.
Menurut data Kantar Worldpanel Indonesia, rumah tangga di Indonesia, melakukan pembelanjaan lebih dari sekali dalam sehari, meskipun terlihat penurunan frekuensi berbelanja jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pada tahun 2013, konsumen rumah tangga Indonesia berbelanja sebanyak 391 kali (dalam setahun), sedangkan pada 2014 hanya berbelanja sebanyak 379 kali.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang riset pasar, Kantar Worldpanel Indonesia, melaporkan tren-tren yang menarik yang terjadi di 2014 dan diprediksikan masih akan terus berlanjut di 2015 dari sisi perilaku konsumen dalam berbelanja FMCG.
Tren pertama adalah berkembangnya barang konvenien yang menjadi pilihan utama oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya waktu berbelanja dan memasak, sehingga barang konvenien yang siap saji, siap disantap dan mudah dalam dikonsumsi dan digunakan, menunjukkan pertumbuhan yang tinggi. Beberapa contoh produk konvenien yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah makanan beku, teh siap minum, dan makanan kaleng. Pembelian makanan beku meningkat sebesar 27% (volume) dibanding tahun sebelumnya dan berhasil menggaet 2 juta pembeli baru dalam setahun.
Berkaitan dengan berkurangnya frekuensi belanja konsumen secara umum, konsumsi rumah tangga di Indonesia terlihat meningkat untuk setiap volume pembelanjaan dari masing-masing kategori FMCG (upsizing). Beberapa contoh kategori yang terlihat upsizing adalah saus sambal, pewangi dan pelembut pakaian, serta sampo.
Menurut data Kantar Worldpanel Indonesia, Fenomena upsizing pada saus sambal terlihat pada produk yang berukuran diatas 250 ml bertambah penetrasi nya sebanyak 4 poin dari 17 ke 21% dari total rumah tangga di Indonesia.
Dengan berkurangnya frekuensi berbelanja tiap rumah tangga, pemain FMCG dianjurkan untuk memastikan distribusi, ketersediaan barang, dan mempertahankan penempatan yang mudah diliat konsumen pada rak-rak retailer.
Tren selanjutnya adalah berkembangnya pasar modern dengan format kecil seperti supermarket, minimarket, dan convenience store. Menurut data Kantar Worldpanel, Indonesia masih dikuasai oleh pasar traditional.
Dengan kata lain, kesempatan untuk pasar modern untuk berkembang juga masih luas. Kontribusi pasar modern untuk produk FMCG, masih sekitar 20% terhadap total Indonesia. Perkembangan pasar modern seperti minimarket dan juga convenience stores terlihat dari banyaknya toko dan gerai yang dibuka di Jawa dan luar Jawa. Sebagai contoh, Alfamart dan Indomaret akan mempunyai lebih dari 10500 gerai di tahun 2015.
Hal lain yang mendukung perkembangan supermarket dan minimarket adalah harga yang lebih rendah,yang ditawarkan untuk beberapa kategori, jika dibandingkan dengan pasar modern dengan format besar. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, penjualan di Supermarket meningkat sebesar 24%, Minimarket sebesar 14%.
Tingkat kompetisi pasar FMCG yang sangat tinggi, juga terlihat dari banyaknya produk inovatif yang ditawarkan oleh para pemain FMCG. Di tahun 2014, ada lebih dari 600 merek baru yang di tawarkan. Sektor makanan dan minuman adalah sektor yang sangat kompetitif di dalam menawarkan produk baru. Misalnya untuk biskuit kategori, ada sekitar 46 merek baru di tahun 2014. Untuk menawarkan nilai tambah suatu produk, inovasi yang ditawarkan produsen, dapat berupa inovasi dari segi fungsi, rasa, pengemasan, dan ukuran.
Dari segi digital, Indonesia merupakan negara terbesar ke-4 untuk pengguna aktif internet. Hal ini ikut mempengaruhi pembelanjaan di Indonesia. Walaupun kontribusi pembelanjaan FMCG secara online di Indonesia masih sangat kecil, namun potensi masihlah sangat besar.
Makin banyaknya online retailers di Indonesia semakin memperkuat pernyataan tersebut. Selain itu, perkembangan teknologi khususnya media sosial juga dapat dijadikan peluang yang tepat untuk melakukan social campaign oleh produsen. Ini didukung oleh fakta bahwa masyarakat Indonesia terkenal sebagai social media savvy. Fakta ini dapat dilihat dari jumlah pengguna aktif Facebook di Indonesia yang mencapai 40 juta.
Dari semua tren tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih merupakan pasar yang potensial untuk berinvestasi dengan beradaptasi dan berinovasi sesuai dengan keinginan pasar.