TRIBUNNEWS.COM, RIAU - Menteri Perindustrian Saleh Husin menantang PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) untuk meningkatkan nilai ekspor produksinya senilai Rp 40 triliun per tahun.
Hal ini diungkapkan Saleh ketika melakukan peresmian pemancangan tiang pertama pabrik kertas atau paper machine 3 PT RAPP, Riau, Jumat (22/5/2015).
"Saya datang ke Kabupaten Pelalawan menggenjot investasi Rp 4 triliun, saya minta RAPP untuk menggenjot ekspor Rp 40 triliun setiap tahun," ucap Saleh.
Pabrik kertas ke-3 yang dibangun PT RAPP ini, menelan biaya investasi sebesar Rp 4 triliun dan mampu memproduksi kertas dengan kecepatan 1,4 kilo meter per menit, sehingga ada penambahan kapasitas sebesar 250 ribu ton per tahun berupa high grade digital paper. Ditargetkan, pabrik ini akan selesai dan berproduksi pada September 2016.
Menurut Saleh, RAPP sekarang memiliki kapasitas produksi 2,8 juta ton untuk pulp dan 820 ribu ton kertas yang memiliki standar internasional serta mampu bersaing di kancah global.
Berdasarkan informasi yang disampaikan manajemen RAPP, pada saat ini nilai ekspor baru sekitar Rp 28 triliun. Namun, dengan beroperasinya pabrik kertas 3 ke depan ditargetkan naik menjadi Rp 30 triliun sampai Rp 35 triliun.
"Saya memang minta ekspor digenjot tapi juga diiringi memberi tax allowance. Saya yakin, dengan kombinasi kematangan perusahaan, teknologi tinggi, dan kemampuan manajemen yang dikelola orang-orang muda, target ekspor Rp 40 triliun dapat tercapai," tutur Saleh.
Pada saat ini kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing-masing sebesar 7,93 juta ton per tahun untuk pulp dan 12,98 juta ton per tahun untuk kertas, dengan realisasi produksi pulp 6,4 juta ton per tahun dan kertas 10,4 ton per tahun.
Sementara itu, kinerja ekspor pulp dan kertas masing-masing sebesar 3,50 juta tol untuk pulp dengan nilai 1,72 miliar dolar AS dan 4,35 juta ton kertas dengan nilai sebesar 3,75 miliar.
Bila dilihat dari peluang pasar dunia dan dalam negeri, saat ini kebutuhan kertas dunia sekitar 394 juta ton, diperkirakan akan meningkat menjadi 490 juta ton pada 2020.
"Kebutuhan keras dunia pun diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 2,1 persen per tahun," ucapnya.