TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina mengungkapkan swasembada pangan yang dimasukkan ke dalam nawa cita presiden Joko Widodo masih belum bisa terwujud tahun ini.
Hal ini karena produksi bahan baku pangan di dalam negeri belum bisa memenuhi permintaan konsumen.
Srie memberi contoh komoditas kedelai untuk membuat tahu tempe. Saat ini kebutuhan konsumsi kedelai 2,5 juta ton, sedangkan produksi kedelai pada tahun 2014 baru mencapai 856 ribu sampai 1,2 juta ton saja.
"Artinya kita masih butuh impor dan butuh waktu untuk swasembada," ujar Srie di Jakarta, Senin (25/5/2015).
Untuk target produksi kedelai tahun ini saja baru mencapai 1,34 juta ton. Melihat kondisi tersebut, Srie mengaku bahwa selama tiga tahun ke depan Indonesia masih harus impor kedelai, agar bisa mengkonsumsi tahu dan tempe di meja makan.
"Terpaksa target 2 sampai 3 tahun kita masih impor," ungkap Srie.
Srie menambahkan untuk bahan baku tahu tempe minimal harus mengimpor 62 sampai 70 persen. Meski masih harus impor, Srie yakin jika diberi waktu yang cukup akan tercapai swasembada pangan khususnya untuk komoditas kedelai.
"Pilihan kebijakan saat ini sesuai nawa cita yaitu swasembada atau di negara lain arahnya ke food security. Fakta data yang ada, ada yang bisa tetapi ada yang butuh waktu," papar Srie.