TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom dari Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty menilai 'George Soros' lokal yang disebut penyebab melemahnya nilai rupiah, mencari keuntungan tersendiri.
Telisa menyebutkan salah satu pelaku dari upaya pelemahan rupiah untuk kepentingan golongan.
“Itu bisa saja, itu kegiatan spekulasi di tengah kondisi global yang tidak dalam kepastian. Makanya ada potensi untuk mendapatkan keuntungan dari melemahnya mata uang,” ujar Telisa di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Alasannya, setiap ada pelemahan mata uang, spekulan bisa mendapatkan untung yang banyak. “Jadi memanfaatkan situasi yang melemah ini untuk mendapatkan keuntungan,” papar Telisa.
Caranya, para spekulan membeli dan memainkan valas. Dan ini diuntungkan karena BI tidak menaikkan suku bunga yang disebabkan perlambatan ekonomi nasional. “Makanya agak dilema yang dihadapi Bank Indonesia. Agak riskan menaikkan suku bunga,” ujar Telisa
Menurutnya, ‘George Soros lokal’ itu kini tengah mencari keuntungan ekonomi. “Tetapi segala kemungkinan bisa saja. Mungkin ekonomi dapat, dan juga bisa menggoyang pemerintah kan,” katanya mengira.
Menurut Telisa, pemerintah harus memberlakukan capital control terhadap devisa dan pengetatan suku bunga. Telisa mengambil contoh pembelian valas dibatasi, mau tidak mau. Pihak Bank Indonesia (BI) menurut Telisa juga harus mau intervensi.
"Belakangan ini BI intervensinya sedikit. BI harus intervensi di market dan meningkatkan kepercayaan pasar,” ujarnya.
Telisa juga menyatakan pelemahan rupiah disebabkan banyak faktor eksternal. Dalam hal ini Telisa mencotohkan membaiknya neraca perdagangan nasional, kondisi IMF yang memotong target pertumbuhan dunia, perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok.