TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persoalan utang Yunani ke International Monetary Fund (IMF) dinilai analis tidak terlalu berdampak ke perekonomian Indonesia.
Sebab, hingga saat ini antara Indonesia dan Yunani tidak ada hubungan perdagangan.
Analis PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, mengenai perdagangan Indonesia tidak terganggu karena pemerintah tidak memiliki hubungan bilateral dengan Yunani.
"Dampak secara langsung sebenarnya enggak ada karena negara perdagangan kita kecil di sana. Tapi ada imbas enggak langsung kerena euro yang melemah dan dolar AS menguat," tutur Reza, Jakarta, Selasa (30/6/2015).
Menguatnya mata uang negeri Paman Sam, maka dapat berdampak negatif ke mata uang lainnya, termasuk rupiah yang akan semakin terperosok. Oleh sebab itu, Reza berharap Bank Indonesia (BI) dan pemerintah selalu menjaga rupiah tidak mendekati level Rp 13.800-Rp 13.850 per dolar AS.
"Kalau cuma Bank Indonesia yang menjaga rupiah, susah juga karena Bank Indonesia dari sisi moneternya saja, tapi kalau pemerintah bisa menjaga momentum pertumbuhan maka rupiah bisa menguat," ujar Reza.
Rupiah terus mengalami penurunan beberapa hari ke belakang, bahkan rupiah terus bertahan di atas level Rp 13.300. Kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini mencatat, rupiah pada angka Rp 13.332 per dolar AS.