TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) siap mendukung proyek Light Rail Transit (LRT) sesuai dengan kompetensi bisnis yang dimiliki operator pelat merah itu.
“Kami siap mendukung proyek LRT. Ini kita diundang ground breaking bersama BUMN lainnya, arti siap mendukung. Kita bisa masuk sesuai kompetensi yang ada,” ungkap Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga, Rabu (9/9/2015).
Dijelaskannya, sesuai kompetensi yang dimiliki Telkom, perseroan bisa menggarap dari sisi sistem komunikasi, persinyalan, atau e-ticketing dari jenis transportasi massal itu.
“Kalau dari sisi backbone kita sudah kuat. Ada kabel optik sepanjang 75 ribu KM, tinggal ditarik saja nanti ke LRT untuk transmisi dan lainnya. Apalagi dalam desain LRT yang dipaparkan Adhi Karya sudah disiapkan semacam celah yang dapat dijadikan jalur pemasangan kabel optik,” ujarnya.
Sebelumnya, sebanyak 9 BUMN melakukan sinergi untuk pembangunan LRT Indonesia sepanjang 83,6 kilometer dengan total investasi sekitar Rp 23,8 triliun.
Kesembilan BUMN tersebut yaitu, PT Adhi Karya Tbk (Persero), PT Jasa Marga Tbk (Persero), Perum PPD, PT Rajawali Nusantara Indonesi (RNI), Perum Bulog, PT Bank BNI Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank BRI Tbk, dan PT Bank BTN Tbk.
Selain BUMN, pembangunan LRT tersebut juga melibatkan BUMD Pemda DKI, PT Jakarta Propertindo.
Direktur Utama Adhi Karya, Kiswodarmawan, mengaku akan berupaya memenuhi target dari Presiden Joko Widodo agar tahap I proyek LRT dapat diselesaikan pada 2018.
Untuk tahap pertama pembangunan LRT, nilai investasi ditaksir sekitar Rp 11,9 triliun atau separuh dari total proyek LRT yang dibangun Adhi Karya, yakni Rp 23,8 triliun.
Pada tahap I pembangunan LRT tiga trase, yaitu Cibubur-Cawang sepanjang 13,7 kilometer, Cawang-Dukuh Atas sepanjang 10,5 kilometer dan Bekasi Timur-Cawang sepanjang 17,9 kilometer dengan total investasi Rp11,9 triliun.
Tahap II lintas Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan dan Palmerah-Grogol dengan panjang 41,5 kilometer. Daya angkut harian dengan konfigurasi 6 train set adalah 24.000 penumpang per hari dengan kecepatan operasi 60-80 km/jam.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Heri Gunawan pun mendukung langkah Telkom bermain di serat optik.
“Pembangunan jaringan fiber optik itu memungkinkan Telkom beralih ke bisnis broadband atau bisnis data. Dari situ, Telkom mulai mencetak pendapatan baru. Pada 2014 saja, pendapatan dari layanan data, IT dan internet mencapai Rp 24,1 triliun,” ujar Heri.
Menurutnya, dengan pengembangan bisnisnya di bidang fiber optik, Telkom diprediksi bisa mencetak pendapatan sebesar Rp 100 triliun pada 2015.
Secara terpisah, Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada mengatakan Telkom memang harus fokus kepada bisnis utamanya, sementara untuk bisnis pendukung seperti pengelolaan menara seharusnya diserahkan ke pemain lain.
"Seperti menara, harusnya diteruskan rencana monetisasi menara itu. Nilai optimal bisa diterima Telkom. Sayang kalau dihentikan," tuturnya.