TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku pertumbuhan ekonomi di Indonesia sulit berkembang dan merata dibandingkan negara lain di Asia.
Alasan utamanya menurut Rizal karena kebijakan ekonomi Indonesia menjalankan sistem neo liberalisme atau neolib.
"Kita menganut kebijakkan ekonomi neo liberalisme," ujar Rizal Ramli di kantor LIPI, Jakarta, Selasa (15/9/2015).
Dalam konteks kesejahteraan di Indonesia, Rizal Ramli menyebutkan 20 persen orang Indonesia hidupnya sudah lumayan.
Rizal juga mengatakan 80 persen paling bawah belum bisa menikmati arti dari kemerdekaan, yang disebabkan pada mekanisme pasar.
"Pada dasarnya semua diserahkan kepada pasar. Liberalisasi perdagangan tetapi tak bisa liberalisasi tenaga kerja," ungkap Rizal.
Rizal Ramli memaparkan seluruh negara saat ini melakukan liberalisasi keuangan namun tak meliberalisasi tenaga kerja.
Jika sistem liberal dijalankan nanti, Rizal yakin tenaga kerja Indonesia bisa menjadi tenaga kerja di negara barat.
"Disitu munafiknya. Kalau mau liberalisasi, harusnya semua di liberalisasi. Tidak ada diseluruh dunia neo liberalisme meningkatkan kesejahteraan rakyatnya," ungkap Rizal.
Rizal mengingatkan bahwa sistem neo liberalisasi merupakan pintu masuknya neo kolonialisme. Rizal percaya bisa mengubah sistem neo liberalisasi Indonesia dengan policy dan strategy.
"Merubahnya tidak hanya dengan uang. Kita selalu dicekoki dengan uang. Proyek, proyek, proyek," papar Rizal.