News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Rupiah dan Ringgit Mata Uang Paling Menarik

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas memperlihatkan pecahan dolar AS yang akan ditukarkan di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Kawasan Blok M, Jakarta, Senin (24/8/2015). Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dibuka di kisaran Rp 14.006 dan sempat mencapai posisi tertinggi pada level Rp 14.017 karena imbas dari perang mata uang (currency wars). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Morgan Stanley Investment menyatakan, ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia saat ini merupakan dua mata uang emerging market yang paling menarik.

Pasalnya, aksi jual yang melanda dua mata uang tersebut menyebabkan ringgit dan rupiah tertekan hingga ke level terendah dalam 17 tahun terakhir.

Ada dua penyebab pelemahan ringgit dan rupiah tahun ini. Pertama, anjloknya harga komoditas yang memukul tingkat ekspor Malaysia dan Indonesia. Kedua, adanya rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada tahun ini.

Morgan Stanley Investment memprediksi, ringgit dan rupiah akan berkibar (outperform) dibanding mata uang negara-negara lainnya di emerging market. Morgan Stanley Investment juga yakin, kedua negara ini tidak akan lagi menghadapi Taper Tantrum tahun 2013 di mana terjadi penarikan dana besar-besaran dari pasar obligasi senilai 70 miliar dollar AS. Pada saat itu, the Fed memberikan sinyal akan memangkas nilai stimulus mereka ke pasar finansial.

"Malaysia merupakan yang paling murah dari daftar mata uang jangka menengah yang kami susun di emerging market. Sementara, Indonesia berada di posisi kedua," jelas Jens Nystedt, managing director Morgan Stanley Investment yang berbasis di New York.

"Mengingat aksi jual yang terjadi di pasar mata uang dan obligasi, Anda kami sarankan mengambil eksposur pada titik ini. India memang terlihat menarik, tapi tidak semenarik Malaysia dan Indonesia," tambah dia.

Menurut Nystedt, kenaikan suku bunga the Fed pada tahun ini tidak akan lagi mengejutkan investor. Sementara, pelemahan nilai tukar mata uang emerging market hanya berlangsung sementara waktu.

Nystedt juga menjelaskan, semakin mininya defisit neraca transaksi berjalan di Indonesia dan India menempatkan posisi kedua negara tersebut lebih tahan banting saat mengalami capital outflow dibanding dua tahun lalu. Kedua negara ini bahkan menjadi kandidat untuk keluar dari daftar Fragile Five Morgan Stanley.

"Pemerintah baru India dan Indonesia sudah mengambil langkah-langkah tepat. Dan India lebih jelas dalam melakukan reformasi dibanding negara lain," kata Nystedt.

Catatan saja, ringgit sudah keok 18 persen pada tahun ini seiring anjloknya harga minyak dunia yang memukul tingkat ekspor mereka. Ekonomi Malaysia juga tertekan isu korupsi Perdana Menteri Najib Razak yang semakin memacu capital outflow.

Sementara, rupiah sudah melemah 14 persen dan rupe melemah 5,1 persen pada periode yang sama. (Barratut Taqiyyah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini